Mohon tunggu...
Oriza Yogiswara
Oriza Yogiswara Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

hobi saya mengetik ....... tapi boong

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penerimaan terhadap Ketidakberartian dan Keberartian

21 November 2024   18:48 Diperbarui: 21 November 2024   18:51 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan, manusia kerap berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan mendalam: Apakah hidup memiliki makna? Jika ya, apa makna itu? Jika tidak, bagaimana kita harus hidup? Pertanyaan-pertanyaan ini telah menjadi inti dari banyak perdebatan filosofis sepanjang sejarah. Artikel ini mengeksplorasi gagasan bahwa penerimaan terhadap ketidakberartian (absurdity) dan keberartian hidup bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi bisa menjadi dasar harmoni eksistensial.

Ketidakberartian Hidup: Perspektif Eksistensial

Ketidakberartian sering dikaitkan dengan konsep the absurd dalam filsafat eksistensialis, yang secara terkenal dijelaskan oleh Albert Camus. Dalam bukunya The Myth of Sisyphus, Camus menggambarkan absurditas sebagai benturan antara hasrat manusia untuk menemukan makna dan ketidakpedulian alam semesta yang tidak memberikan jawaban.

Camus menggunakan mitos Sisyphus---tokoh dalam mitologi Yunani yang dihukum untuk mendorong batu ke puncak bukit hanya untuk melihatnya kembali jatuh---sebagai metafora untuk perjuangan manusia. Namun, alih-alih putus asa, Camus menyarankan untuk "membayangkan Sisyphus bahagia," menekankan pentingnya menerima absurditas tanpa menyerah pada nihilisme. Menurutnya, penerimaan ketidakberartian adalah langkah pertama menuju kebebasan.

Keberartian Hidup: Penciptaan Makna Secara Subjektif

Di sisi lain, filsuf seperti Viktor Frankl menawarkan pendekatan yang berbeda terhadap keberartian. Dalam bukunya Man's Search for Meaning, Frankl, yang merupakan penyintas Holocaust, menekankan bahwa manusia dapat menemukan makna bahkan dalam penderitaan yang paling ekstrem. Ia percaya bahwa keberartian tidak perlu ditemukan di luar diri, tetapi dapat diciptakan melalui tindakan, cinta, atau cara kita menghadapi tantangan hidup.

Menurut Frankl, keberartian hidup adalah sesuatu yang unik bagi setiap individu. Tidak ada satu jawaban universal, tetapi pencarian makna inilah yang memberikan manusia rasa tujuan dan motivasi untuk hidup.

Harmoni antara Ketidakberartian dan Keberartian

Pada pandangan pertama, ketidakberartian dan keberartian tampak bertolak belakang. Namun, penerimaan terhadap keduanya dapat menciptakan harmoni dalam cara kita memandang kehidupan. Berikut adalah beberapa cara pandangan ini dapat bersatu:

Pengakuan terhadap Ketidakpastian
Mengakui bahwa hidup tidak memiliki makna intrinsik atau objektif membuka ruang untuk menciptakan makna subjektif. Alih-alih memaksakan narasi universal, kita dapat menerima bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan nilai dan tujuan mereka sendiri.

Keberanian untuk Hidup di Tengah Absurditas
Menghadapi absurditas tidak berarti menyerah pada keputusasaan. Sebaliknya, seperti yang disarankan Camus, keberanian untuk hidup meskipun tanpa makna objektif adalah bentuk pemberontakan yang paling autentik. Keberartian tidak perlu menjadi sesuatu yang absolut; keberartian bisa lahir dari tindakan sehari-hari yang sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun