Mohon tunggu...
Oriza Yogiswara
Oriza Yogiswara Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

hobi saya mengetik ....... tapi boong

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penerimaan terhadap Ketidakberartian dan Keberartian

21 November 2024   18:48 Diperbarui: 21 November 2024   18:51 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makna sebagai Proses, Bukan Hasil
Dalam pandangan ini, makna tidak dilihat sebagai tujuan akhir yang harus dicapai, tetapi sebagai sesuatu yang terus diciptakan. Ketidakberartian menjadi latar tempat kita membangun keberartian, seperti seorang seniman yang menciptakan keindahan dari kanvas kosong.

Penerapan dalam Kehidupan Modern

Konsep ini relevan dalam kehidupan modern, di mana banyak orang merasa terjebak dalam tuntutan hidup yang tidak selalu memberikan rasa makna. Dalam menghadapi ketidakpastian dunia yang kompleks, penerimaan terhadap ketidakberartian dapat menjadi landasan untuk menemukan atau menciptakan makna yang personal.

Misalnya, dalam pekerjaan, hubungan, atau kegiatan sehari-hari, kita sering kali mengejar tujuan yang seolah-olah memiliki makna universal, seperti kesuksesan atau pengakuan sosial. Namun, dengan menerima bahwa makna tersebut tidak absolut, kita dapat lebih jujur pada diri sendiri dan memilih apa yang benar-benar penting bagi kita.

Kesimpulan

Penerimaan terhadap ketidakberartian dan keberartian bukanlah paradoks yang harus diselesaikan, melainkan realitas eksistensial yang bisa dihayati bersama. Ketidakberartian memberikan kebebasan, sedangkan keberartian memberikan arah. Dalam harmoni keduanya, manusia dapat menemukan cara untuk menjalani hidup dengan otentik, penuh kesadaran, dan penghargaan terhadap momen-momen yang ada.

Seperti yang diungkapkan Camus, "Satu-satunya cara untuk menghadapi dunia tanpa makna adalah dengan memberinya makna sendiri." Dalam penerimaan itulah, kita dapat menemukan kebahagiaan, bukan karena kita memahami segala hal, tetapi karena kita mampu mencintai dan hidup di tengah ketidakpastian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun