Mohon tunggu...
Oriza Yogiswara
Oriza Yogiswara Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

hobi saya mengetik ....... tapi boong

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehendak Bebas adalah Ilusi

20 Oktober 2024   12:48 Diperbarui: 20 Oktober 2024   12:55 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Kompatibilisme: Mencari Jalan Tengah
Beberapa filsuf telah mencoba mendamaikan determinisme dengan konsep kehendak bebas melalui pandangan yang disebut kompatibilisme. Kompatibilisme berpendapat bahwa kehendak bebas kompatibel dengan determinisme. Menurut pandangan ini, kebebasan tidak didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertindak tanpa sebab, tetapi sebagai kemampuan untuk bertindak sesuai dengan keinginan dan motivasi kita sendiri, bahkan jika keinginan dan motivasi tersebut ditentukan oleh faktor-faktor di luar kendali kita.

Kesimpulan: Melampaui Ilusi
Meskipun gagasan bahwa kehendak bebas adalah ilusi mungkin tampak menakutkan pada awalnya, ia juga membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita dan dunia. Alih-alih melihat diri kita sebagai entitas yang terpisah yang membuat keputusan dalam ruang hampa, kita bisa mulai menghargai jaringan kompleks sebab dan akibat yang membentuk siapa kita dan apa yang kita lakukan.

Mungkin, alih-alih mencari kebebasan absolut yang mungkin tidak pernah ada, kita bisa fokus pada pengembangan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kita. Dengan kesadaran ini, kita mungkin dapat membuat pilihan yang lebih terinformasi dan bertindak dengan cara yang lebih selaras dengan nilai-nilai terdalam kita - bahkan jika pilihan-pilihan ini, pada akhirnya, adalah hasil dari proses yang jauh lebih besar dari diri kita sendiri.

Dalam konteks ini, "kebebasan" mungkin tidak terletak pada kemampuan untuk membuat keputusan yang tidak disebabkan, tetapi pada kemampuan kita untuk merefleksikan, belajar, dan berkembang. Mungkin dalam penerimaan akan keterbatasan kebebasan kita, kita justru dapat menemukan bentuk kebebasan yang lebih dalam dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun