Mohon tunggu...
Oriza Yogiswara
Oriza Yogiswara Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

hobi saya mengetik ....... tapi boong

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Ada Sesuatu Daripada Tidak Ada Sama Sekali

14 Oktober 2024   17:57 Diperbarui: 25 Oktober 2024   01:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

- Dalam skenario ini, keberadaan "sesuatu" menjadi hasil probabilitas yang tak terelakkan.

 4. Nihilisme dan Absurdisme
- Beberapa filsuf, terutama dari tradisi eksistensialis, berpendapat bahwa pertanyaan ini pada akhirnya tidak dapat dijawab.

- Albert Camus, misalnya, menyarankan bahwa kita harus menghadapi absurditas eksistensi tanpa makna intrinsik.

 Implikasi Ilmiah Modern

Fisika modern telah memberikan perspektif baru pada pertanyaan ini:

1. Teori Quantum: Pada level quantum, partikel dapat muncul dan lenyap secara spontan dari "vakum" ruang kosong.
2. Inflasi Kosmik: Teori inflasi menyarankan bahwa alam semesta kita mungkin hanya satu "gelembung" dalam "busa quantum" yang lebih besar.
3. Energi Gelap: Penemuan energi gelap menunjukkan bahwa ruang kosong mungkin memiliki energi intrinsik, mengaburkan batas antara "sesuatu" dan "ketiadaan".

 Kesimpulan
Pertanyaan "Mengapa ada sesuatu daripada tidak sama sekali?" tetap menjadi salah satu misteri terbesar dalam filsafat dan sains. Meskipun kita telah membuat kemajuan dalam memahami struktur dan asal-usul alam semesta, pertanyaan mendasar ini tetap menantang pemahaman kita.

Mungkin, seperti yang disarankan oleh beberapa pemikir, kita perlu memikirkan kembali asumsi-asumsi yang mendasari pertanyaan ini. Atau mungkin jawabannya terletak di luar jangkauan pemahaman manusia. Apapun jawabannya, pencarian untuk memahami mengapa kita ada terus menjadi salah satu upaya paling mendasar dan menarik dalam sejarah pemikiran manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun