Tak Sengaja Sekali Lagi SajaÂ
Mobil jazz berwarna hitam ditumpangi oleh seorang gadis berseragam putih abu melaju dengan kecepatan normal. Menyusuri jalanan kota menuju sekolahnya yang baru. Ia menaruh harapan penuh di sekolahnya. Ia berharap mendapat ketenangan disana. Ia tak ingin lagi mendapat bully-an yang keterlaluan seperti yang telah ia alami waktu itu.
Saat di lampu merah, matanya memicing memastikan badge yang tertempel di seragamnya itu sama dengan pria yang berada tak jauh dari lampu merah, tepatnya di samping mobil Ara terhenti. Lampu berganti hijau, Ara memajukan sedikit mobilnya dan memarkirkan di pinggir jalan untuk menghampiri pria itu. "Permisi, bolehkah aku tahu ada apa dengan sepeda motormu?" Tanya Ara halus. Orang itu menatap Ara sambil menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'kamu siapa'. Ara yang mengerti bahasa tubuh lelaki itu kemudia menjawab. "Maaf jika terkesan sok akrab, tapi niat ku baik ingin membantu mu." Tak ada balasan hanya anggukan dai pria itu. "Motor kamu mogok?" Pria itu mengangguk. "kalau begitu, kamu bisa berangkat bersama ku saja dahulu. Kamu telfon orang bengkel untuk mengambil motormu yang mogok ini supaya lekas diperbaiki. Kebetulan  kita satu sekolah dan sekolah masih jauh" Tawar Ara pada pria itu. Terlihat dari mimik wajahnya pria itu sedang menimang keputusan. "Tenang. Aku tidak bermaksud mengambil kesempatan dalam kesempitan. Niatku benar-benar ingin membantumu dan tidak berniat menginginkanmu." Jelas Ara membuyarkan pikiran pria itu yang sedang berfikir keras. "Ga nanya!" Tukas pria itu dingin. "Yaudah jika tak mau ku beri tumpangan. Lagipula niat ku baik supaya kamu tidak terlambat atau bolos sekolah." Terang Ara. Dalam batin pria itu iya mengatakan ada benarnya juga gadis ini. "Ok" Jawab pria itu singkat. Ara beranjak dari posisinya menuju mobil. Saat ia akan masuk ke pintu pengemudi, pria itu menghadangnya.
"Aku yang nyetir." Ucapnya sembari menengadahkan tangannya untuk meminta kunci mobil. Ara yang masih kaget pun berkedip beberapa kali. "Tidak akan lecet." Ara menyerahkan kunci mobilnya pada pria itu kemudian berjalan menuju kursi samping kemudi.
Di dalam mobil, suasana begitu mencekam, dingin sekali semenjak ada pria itu di dalam mobilnya. Canggung dan kaku, itu yang saat ini menggambarkan suasana di mobil jazz warna hitam milik Ara. "Boleh tahu namamu?" Tanya Ara sedikit kaku. Yang ditanya sama sekali tak menjawab ia hanya melirik name tag yang tertempel di seragam bajunya. Menyebalkan. Satu kata yang menggambarkan pria itu, runtuk Ara dalam hatinya. Namun, jiwa keingintahunnya meronta ronta, alhasil Ara sedikit mendekatkan dirinya pada pria itu untuk melihat namanya. Saat tubuh mereka berdekatan, keduanya saling bertatapan beberapa detik. Pria ini memutuskan kontak matanya lebih dulu. Tak ingin berurusan dengan wanita cerewet ini. Namun dalam hatinya, cantik. Ungkapnya, dirinya pun tak tahu mengapa ia bisa mengatakan hal itu. Apalagi dalam konteks memuji fisik seorang wanita yang baru beberapa menit ia kenal.
Khalfani Chandrakeshwari, nama itu yang tertulis di seragam putihnya.
"Oh jadi nama mu Khal-." Ungkap Ara yang terpotong oleh suara bariton milik pria disampingnya. "Alfa" Potongnya cuek sekali. Menyebalkan. "Pantes dingin banget." Ujar Ara menyindir. "Maksudnya?" Tanya Alfa datar sekali tanpa berekspresi sedikitpun. "Kan Alfa, jadi Alfamart pantesan dingin." Jelasnya yang tak mendapat tanggapan apapun dari lawan bicaranya. Namun, tak ada yang tahu, dalam batin Alfa ia tertawa dan saat ini di wajahnya muncul sebuah senyuman yang sangat kecil bahkan samar samar hampir tak terlihat.
Akhirnya, setelah perjalanan yang sangat menyebalkan, mereka telah sampai di parkiran sekolah. Ara keluar terlebih dahulu dari mobilnya menuju jok belakang untuk mengambil tasnya. “Terima kasih." Ucap Alfa pada Ara sembari meninggalkan Ara lebih dulu di parkiran. Seketika Ara menyadari suatu hal. "WOY KUNCI MOBIL KU!" teriaknya yang sia-sia karena Alfa sudah pergi jauh dari tempatnya berdiri. Kini, seluruh pasang mata mengamati Arabella dari atas hingga bawah. Mereka berisik bisik kepada orang orang disebelahnya. Entah apa yang mereka bahas Ara tak mendengarnya. Sekarang yang ada dipikiran Ara, bagaimana dia bisa mendapatkan kunci mobilnya sedangkan ia tidak mengetahui kelas Alfa di mana. Dari pada memikirkan hal itu, Ara langsung saja menuju ruang kepala sekolah yang letaknya tepat di ujung lorong dekat halaman sekolah. Lagipula nanti mereka pasti akan bertemu lagi karena masih berada di tempat yang sama.
Kelas 10 IPA 2. Ya, itu kelas Ara yang baru. Ia berharap bisa mendapatkan teman baru yang baik seperti teman temannya disekolah yang dulu, yang selalu menyemangatinya, bisa menghibur satu sama lain, dan bisa diajak gila bareng.
"Selamat pagi anak anak! Sapa ibu guru yang baru datang menuju kelas 10 IPA 2 yang berhasil menghentikan keributan yang terjadi di kelas itu. "PAGI BU!" Sorak seluruh siswa di kelas itu kompak. "Perkenalkan nama ibu, Dewi. Ibu mengampu pelajaran matematika wajin dan ibu yang akan menjadi wali kelas kalian." Ucap Bu Dewi memperkenalkan diri. "HAI BU DEWI!" sorak seluruh siswa untuk kedua kalinya.
"Oh iya, ada kabar gembira buat kalian. Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru." Ungkap Bu Dewi sembari menengok ke arah pintu masuk, ia melirik Arabella. Seluruh siswa mengikuti arah pandang bu Dewi. Namun, nihil mereka tak bisa melihatnya. "Cewek apa cowok, Mam?" Tanya salah satu cowok di kelas itu dan memanggil bu Dewi dengan sebutan 'mamah'. Memang Bu Dewi sudah biasa dipanggil seperti itu oleh kebanyakan siswa laki-laki disini, karna umurnya yang masih sangat muda, gesturnya masih layak menjadi anak SMA. "Cewek." Jawab bu Dewi "Masuk dan perkenalkan diri kamu." Arabella tanpa basa basi memasuki ruangan itu. Ia menjadi pusat perhatian dari 35 siswa disini. Banyak siulan terdengar dari deretan paling kiri. Ya, disana adalah barisan para cowok di kelas ini.
"Perkenalkan nama saya Arabella Ariana Sebastian. Kalian bisa panggil saya Ara. Saya pindahan dari SMA Garuda." Ucap Arabella memperkenalkan diri diringi senyuman manis.
"Jadi, Ara pindah sekolah karena menjadi korban bully di sekolahnya yang lama. Ibu harap Ara tidak akan mendapatkan pengalaman buruk itu disekolah kita tercinta ini, ya? " Jelas Bu Dewi yang sudah mengetahui cerita Ara sewaktu berjalan menuju kelas. "Ara, silakan kamu duduk dibangku belakang sana, ya!" Ara mengangguk dan berjalan menuju bangku yang dimaksud Bu Dewi.
Ara duduk dibangku belakang itu, bersama seorang perempuan cantik berlesung pipi disebelah kirinya. "Ra, kenalin nama ku Sela. Mulai hari ini kita teman, ya." Ara hanya mengangguk sebagai jawaban.
Pelajaran dimulai. Tenang. Tidak ada yang membuat keributan dalam pembelajaran kali ini. Karena seluruh siswa merasa mengantuk. Wajar saja di jam pertama mereka sudah disuguhi dengan pelajaran matematika. Bu Dewi yang kesal dengan murid-muridnya kemudian memberikan tugas dan dikumpulkan sepulang sekolah diakhir jam pelajarannya. Jam pelajaran berganti. Guru baru datang dan memperkenalkan dirinya di depan. Sampai akhirnya suara merdu yang ditunggu seluruh pelajar di sekolah ini berbunyi. Semua mata langsung terbuka lebar begitu mendengarnya.
'Saatnya jam istirahat pertama dimulai'
'it's time for the first break'
"Hai, Ra! Selamat datang dikelas kita yang sekarang ini jadi kelas kamu juga. Semoga kamu betah di sekolah kita ini ya." Ujar salah satu cowok sembari berjalan ke arah Arabella. Ia adalah ketua kelas dari kelas 10 IPA 2. Semua teman yang ada di kelas ini menjabat tangan pada Ara sebagai ucapan perkenalan dan selamat datang. Selepas itu mereka berbondong-bondong menuju kantin. Begitu juga dengan Ara dan Sela.
Seorang lelaki berjalan menuju perpustakaan. Ia lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan. Bukan karena tak memiliki uang untuk membeli makanan, hanya saja ia tidak suka keramaian apalagi berdesak desakan untuk memesan makanan.
Tangannya meneleti setiap buku di perpustakaan. Satu buku mampu menarik perhatiannya. 'TIPS DAN TRIK PANDAI MATEMATIKA'. Alfa mengambil buku tersebut untuk dibacanya. Tak heran jika ia mengambil buku itu, karena Alfa termasuk siswa teladan di sekolahnya, terutama dalam bidang matematika dan fisika. Cowok bertubuh atletis, alis tebal, hidung yang mancung, bibir yang sedikit tebal itu, kini sedang fokus membaca sebuah buku seolah suasana disekitar tak menarik lagi baginya.
Ketika tangannya tak sengaja menyentuh saku celananya. Ia merasakan ada sesuatu di dalamnya. Benar saja, ternyata itu kunci mobil perempuan yang telah menyelamatkannya dari hukuman guru BK karena motornya yang tiba tiba mogok di pinggir jalan. Ia bingung harus melakukan apa pada kunci ini sedangkan ia tak tahu kelas gadis itu. Alfa beranjak dari duduknya, ingin mencari keberadaan gadis itu dan mengembalikan kunci mobil yang terbawa olehnya. Namun, bel tanda masuk mengurungkan niatnya. Kemudian alfa memutuskan untuk menemuinya di tempat parkir saja sepulang sekolah. Itu adalah solusi yang tepat menurutnya.
Akhirnya, yang ditunggu tunggu datang. Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaringnya. Membuat seluruh siswa bersorak gembira. Namun, tidak bagi siswa siswa yang mendapat jadwal piket. Mereka akan pulang setelah membersihkan ruang kelasnya masing-masing. Tetapi ada saja siswa yang malas mengerjakan tugas piket, mereka kabur terlebih dahulu padahal ini adalah kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga sekolah.
Dua gadis cantik berjalan beriringan menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas matematika yang diminta Bu Dewi pagi tadi. Setelah selesai mengumpulkan, Ara dan Sela melanjutkan perjalanan menuju parkiran sekolah. Tampak suasana disana sudah sepi, karena seluruh siswa sudah meninggalkan sekolah sejak 10 menit yang lalu. Sela bergegas pamit mendahului Ara menuju kendaraannya bertengger.
Ketika mendekat ke arah mobilnya terparkir, Ara baru menyadari ternyata di sana terdapat seorang pria berdiri dengan sedikit menyender di pintu mobil, tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Kamu sedang apa di sini? Oh, mau pulang bareng ?" Tiba tiba seorang gadis berambut sepundak itu menepuk pundaknya. Lantas ia menoleh ke sumber suara itu. Suara yang sudah tidak asing lagi ditelinganya.
"Kunci mobil." Jawab Alfa dingin sekali, Ara lupa jika kuncinya terbawa oleh pria ini. Alfa menghela nafasnya. "Maaf." Lanjutnya, kemudian hendak melangkah namun tangannya lebih dulu dicekal oleh Ara. "Mau kemana?"
"Balik." Satu kata keluar dari mulut Alfa. "Terus kamu naik apa? Kenapa gak bareng lagi aja? Terus kita ambil motor kamu di bengkel sekalian dari pada harus naik ojek online, ongkosnya mending ditabung" Cerocos Ara panjang kali lebar, telinga Alfa rasanya penuh dengan kalimat kalimat berbelit dari Ara. Ia hanya terdiam dan mengamati gadis yang ada didepannya ini. Yang ditatap malah salah tingkah. Dasar Ara!
"Kenapa ma-malah lihatin aku!?" Kesal Ara yang tak mendapat respon apapun dari Alfa. "Gimana tawaran ku?"
Dipikir pikir benar kata gadis ini, sayang ongkosnya jika ada tumpangan gratis. Lagi pula hal buruk jika menolak bantuan orang lain, apalagi niatnya baik. Alfa menyetujui permintaan Ara. Mereka memasuki mobil dan segera melajukan mobil jazz hitam itu pergi meninggalkan parkiran sekolah. Sesampainya di bengkel tempat motor itu diperbaiki, Alfa berterima kasih kepada Ara dan keluar dari mobil yang telah membantunya itu.
Diperjalanan Ara merasa senang setelah bertemu dengan pria itu. Ia merasa Alfa adalah tipe ideal baginya. Namun, Alfa terlalu cuek dan ia tak menyukai hal itu. Dalam benaknya ingin sekali lagi ia bertemu dengannya. Pria manis berbadan tinggi. Ah sial! Mengapa Ara memikirkan hal bodoh itu hanya karena sekali bertemu? Disisi lain, Alfa juga merasa menyesal lantaran tak meminta berkenalan atau sekedar menanyakan asal kelasnya. Sungguh aneh! Dalam hatinya, ia berharap bisa bertemu dengan gadis cerewet itu walaupun hanya memandangnya dari jauh. Kini keduanya hanya bisa berharap aka nada pertemuan tak sengaja untuk kedua kalinya. Entah kapan akan terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H