Mohon tunggu...
Orin Rindiantika
Orin Rindiantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Perkenalkan nama saya Orin Rindiantika. Saya sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran. Kesibukan saya saat ini adalah menyusun skripsi sebagai syarat kelulusan dan melakukan berbagai hobi yang menyenangkan seperti berbisnis, membaca buku, dan belajar bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengembangan Skrining Mandiri TBC Online dan Edukasi Pencegahan Penularan TBC oleh Mahasiswa UNNES di Dinkes Kabupaten Wonogiri

2 November 2024   16:27 Diperbarui: 14 November 2024   15:50 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wonogiri, (12/09/2024) -- Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang utamanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyebar ke organ lain seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak (Kemenkes, 2024). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, jumlah kasus TBC baru terus meningkat, dari 1.196 kasus pada tahun 2022 menjadi 1.437 kasus pada tahun 2023. Sejalan dengan Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (SNPT) 2020-2024, periode ini dipandang sebagai waktu krusial untuk melakukan upaya penanggulangan tuberkulosis secara komprehensif guna mempercepat eliminasi penyakit ini pada tahun 2030. 

Salah satu upaya penanggulangan penyakit yang dapat dilakukan adalah melalui skrining mandiri TBC berbasis online, yang bertujuan untuk mendeteksi dini penyakit TBC di Wonogiri. Dengan adanya skrining mandiri ini, individu yang terduga TBC dapat segera memulai pengobatan di puskesmas terdekat. Skrining dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat Kabupaten Wonogiri di mana saja tanpa harus mengunjungi fasilitas kesehatan, cukup melalui tautan berikut: https://bit.ly/skriningTBwonogiri. Hasil skrining akan dikirimkan ke email responden pada jam kerja Dinas Kesehatan Wonogiri dengan kategori hasil sebagai berikut: Bukan Terduga TBC, Terduga TBC, atau Infeksi Laten. Setelah skrining mandiri ini disebarluaskan melalui media sosial Dinas Kesehatan dan kegiatan LSM yang melibatkan penderita HIV, terdapat 20 responden yang melakukan skrining, dengan 3 di antaranya terindikasi sebagai terduga TBC. Ketiga orang tersebut direkomendasikan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut di puskesmas terdekat guna memperoleh pengobatan yang sesuai.

Konten Edukasi Pencegahan Penularan TBC
Konten Edukasi Pencegahan Penularan TBC

Stigma terhadap pasien TBC masih menjadi penghambat dalam proses pengobatan. Oleh karena itu, edukasi mengenai penularan TBC yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Wonogiri dan mendorong tindakan pencegahan terhadap diskriminasi terhadap pasien TBC. Konten edukasi telah diunggah ke media sosial Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, seperti Instagram dan TikTok, dan telah berhasil meraih 3.000 views. Dengan adanya skrining mandiri tuberkulosis berbasis online dan aktivasi media sosial melalui konten edukasi yang menarik, pemegang program TBC menilai bahwa program ini bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai TBC serta mengurangi stigma yang melekat pada pasien.

Peta Sebaran Kasus TBC Distrik Pracimantoro
Peta Sebaran Kasus TBC Distrik Pracimantoro

Selain melakukan skrining Tuberkulosis dan edukasi, kami juga menerima laporan kasus Tuberkulosis pada tahun 2023-2024 oleh pemegang program TBC. Dengan menggunakan software QGIS, kami mengelola data kasus tuberkulosis tersebut dalam bentuk visual yang menarik dan mudah dipahami. Peta sebaran kasus TBC di wilayah Kabupaten Wonogiri, khususnya di distrik Pracimantoro, memberikan manfaat yang signifikan bagi pemegang program TBC. Dengan peta ini, mereka dapat dengan mudah mengidentifikasi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi dan terendah. Menurut pemegang program TBC, pembuatan peta sebaran kasus ini sangat membantu para pekerja untuk lebih memahami pola penyebaran kasus di lapangan, sehingga dapat mendukung perencanaan intervensi yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun