Ada semacam mentalitas pada masyarakat Indonesia khususnya para milenial yang menganggap bahwa ketika seseorang memasuki masa senja atau yang kita sebut sebagai orang tua itu telah menghabiskan masa hidupnya. Karena itu tidak jarang seorang anak membatasi orang tuanya dengan alasan tinggal diasuh lalu misalnya dibuatkan kamar tidur khusus dengan fasilitas lengkap atau bahkan membatasi ruang mereka dalam mengambil keputusan dan sebagainya.
Padahal sesungguhnya, secara filosofis manusia itu tidak pernah berhenti mengaktifkan hidupnya sendiri.
Secara sunnatullah atau sudah menjadi hukum alam, manusia selalu memiliki potensi, artinya setiap saat manusia bisa mengubah kondisi hidupnya, karena manusia selalu memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan. Itulah yang disebut eksistensi manusia.
Ketika manusia berhenti mengambil keputusan, berarti ia menentang eksistensinya sebagai manusia. Hal ini bisa saja terjadi pada orang tua bahkan pada milenial itu sendiri.
Penting kiranya sinopsis ini diungkapkan, karena seringkali kita sebagai milenial khususnya, keliru memandang status kita sendiri sebagai manusia eksistensial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H