Artikel ini memaparkan hasil wawancara eksklusif kami---Fatimah Ali, M. Wildan, Salsa Nabila Oktaviani, dan Umi Kalsim---dengan sosok inspiratif di balik Pondok Pesantren Fathul Khair, Hj. Bariroh, S. Ag. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2024, di kediaman beliau. Melalui percakapan ini, kami mengeksplorasi dedikasi dan perjuangan Nyai Bariroh dalam mendirikan pesantren yang kini menjadi rumah bagi anak-anak dhuafa dan terlantar. Wawancara ini memberikan wawasan tentang peran penting yang dimainkan oleh beliau dalam membentuk masa depan generasi muda.
Yayasan Fathul Khair didirikan pada tahun 2002 oleh Hj. Bariroh, S. Ag., seorang aktivis dakwah yang juga merupakan Penyuluh Agama PNS Kemenag Jakarta Timur. Yayasan ini berlokasi di Jalan Sumur Badung II, RT 04/07, Harjamukti, Cimanggis, Depok. Sejak lama, Hj. Bariroh telah aktif dalam mendakwahkan ajaran Islam, baik di lingkungan tempat tinggalnya maupun di berbagai tempat, terutama melalui majelis taklim.
Nyai Bariroh dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap anak-anak dhuafa. Ia aktif dalam gerakan pengentasan anak jalanan, memberikan mereka tempat tinggal, pendidikan, dan kasih sayang yang mereka butuhkan. Bagi Nyai Bariroh, anak-anak tersebut adalah amanah yang, jika diterima dan diperlakukan dengan baik, akan membawa berkah.
Pendekatan Terhadap Anak
Ketika ditanya mengenai bagaimana ia mendekatkan diri kepada anak-anak yang baru datang ke yayasan, Nyai Bariroh menjelaskan bahwa ia menggunakan pendekatan personal. "Saya membiarkan mereka tinggal di rumah dulu, mengajaknya bercerita, dan sering memanggil nama mereka. Anak-anak suka jika namanya diingat," katanya. Menurutnya, dengan cara ini, anak-anak merasa dihargai dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Motivasi Mendirikan Yayasan
Nyai Bariroh mengungkapkan alasan mendirikan Yayasan Fathul Khair adalah karena anak-anak jalanan tidak hanya membutuhkan makanan, tetapi juga kasih sayang dan kenyamanan untuk mendidik mereka dengan etika yang baik. Di yayasannya, anak-anak dididik dengan sistem yang mengutamakan spiritualitas dan moralitas. Misalnya, mereka diwajibkan untuk shalat tahajud dan akan mendapatkan reward jika melakukannya. Sebaliknya, jika ketahuan pacaran, mereka akan dikeluarkan karena dianggap tidak fokus pada tujuan utama, yaitu pendidikan.
Tantangan dan Keberanian
Di awal berdirinya pada tahun 2002, lokasi pesantren berada di kawasan yang dikenal sebagai "kawasan hitam" karena banyaknya aktivitas perjudian dan kejahatan serta minimnya tempat ibadah. Ini menjadi tantangan besar bagi Nyai Bariroh. Bahkan, ada peristiwa di mana seseorang mengaku sebagai orang tua dari salah satu anak asuh, yang menyebabkan pesantren dijaga polisi selama beberapa hari.