Mohon tunggu...
Fatimah Ali
Fatimah Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mendambakan perjalanan keliling dunia dengan seekor kucing peliharaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Putus Sekolah

14 Agustus 2024   19:23 Diperbarui: 14 Agustus 2024   19:25 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena putus sekolah di Indonesia adalah salah satu tantangan terbesar dalam sistem pendidikan nasional. Meskipun telah terjadi banyak kemajuan dalam akses pendidikan selama beberapa dekade terakhir, angka putus sekolah masih menjadi perhatian utama bagi pemerintah dan masyarakat. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada individu yang bersangkutan tetapi juga memiliki implikasi luas bagi perkembangan sosial dan ekonomi bangsa.

Siswa yang putus sekolah biasanya menghadapi keterbatasan dalam hal pilihan karier dan sering kali terjebak dalam pekerjaan dengan upah rendah. Kurangnya pendidikan juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan, serta menurunkan rasa percaya diri. Dari perspektif yang lebih luas, tingkat putus sekolah yang tinggi membatasi kemampuan masyarakat untuk mencapai potensi penuh mereka. Ini dapat menghambat inovasi dan mengurangi daya saing negara di lingkup internasional. Selain itu, masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung memiliki tingkat kesehatan yang lebih buruk dan beban sosial yang lebih tinggi.

Menurut data terbaru, tingkat putus sekolah di Indonesia pada tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat putus sekolah tertinggi terjadi di jenjang SMA, yaitu sekitar 1,03%. Sementara itu, tingkat putus sekolah di tingkat SD dan SMP masing-masing adalah 0,24% dan 0,39% (KnE Publishing). Jumlah siswa yang putus sekolah bisa berbeda di tiap provinsi, dengan beberapa daerah memiliki angka yang lebih tinggi karena berbagai faktor, seperti kemiskinan dan akses terbatas ke pendidikan.

Berikut adalah beberapa penyebab utama yang sering dikaitkan dengan putus sekolah:

Kemiskinan adalah salah satu penyebab utama putus sekolah. Banyak keluarga berpenghasilan rendah yang tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka, meskipun sekolah dasar hingga menengah sering kali bebas biaya. Biaya-biaya tambahan seperti seragam, buku, dan alat tulis dapat menjadi beban yang tidak dapat mereka tanggung. Selain biaya langsung seperti seragam dan materi belajar, ada juga biaya tidak langsung seperti transportasi dan makanan. Bagi keluarga yang tinggal jauh dari sekolah, biaya transportasi juga dapat menjadi hambatan.

Fasilitas yang kurang memadai juga menyebabkan banyak siswa tidak bersekolah, seperti ruang kelas yang cukup, perpustakaan, atau laboratorium. Kurangnya fasilitas ini dapat mengurangi kualitas pendidikan yang diterima siswa dan mempengaruhi motivasi mereka untuk tetap bersekolah. Di beberapa kasus, orang tua mungkin tidak memahami pentingnya pendidikan atau mungkin lebih memilih anak-anak mereka untuk bekerja dan membantu ekonomi keluarga.

Berikut adalah beberapa upaya dan solusi yang dapat diterapkan:

Program Bantuan Pemerintah seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah salah satu inisiatif pemerintah yang memberikan bantuan keuangan kepada siswa dari keluarga kurang mampu. Evaluasi berkala terhadap efektivitas program ini sangat penting untuk memastikan bahwa dana yang disalurkan benar-benar mencapai siswa yang membutuhkan dan mendorong mereka untuk tetap bersekolah. Strategi peningkatan efektivitas program bantuan dengan cara memperkuat mekanisme pemantauan untuk menghindari penyalahgunaan dana dan memastikan distribusi yang tepat sasaran. Memastikan juga bahwa semua siswa yang memenuhi syarat dapat mengakses bantuan dengan mudah tanpa proses birokrasi yang rumit.

Pembangunan infrastruktur pendidikan di daerah terpencil merupakan langkah penting untuk memastikan semua anak memiliki akses ke pendidikan dasar. Hal ini melibatkan tidak hanya pembangunan fisik sekolah baru tetapi juga penyediaan sumber daya belajar yang memadai dan tenaga pengajar berkualitas yang bersedia mengajar di daerah tersebut. Selain itu, peningkatan akses transportasi bagi siswa yang tinggal jauh dari sekolah, seperti penyediaan bus sekolah atau subsidi transportasi, sangat diperlukan untuk memastikan mereka dapat menghadiri sekolah secara teratur. Sarana internet juga perlu diperluas di daerah terpencil untuk mendukung pembelajaran jarak jauh, terutama dalam situasi darurat seperti pandemi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun