Mohon tunggu...
Arya Dana
Arya Dana Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar menulis

Menulis, beropini, sajak, puisi, cerpen, dan tulisan-tulisan lainya. Semoga menyenangkan dan dapat diterima.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perasaan Kita Salah?

14 Mei 2020   05:00 Diperbarui: 14 Mei 2020   05:17 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau diungkap atau dipendam?

Perasaan menjadi salah satu yang paling sering disalahkan. Marah, salah. Sedih, salah. Suka, salah. Sayang, salah. Bawa sedikit perasaan langsung disudutkan. Membawanya saja sudah salah, apalagi mengungkapkannya.

Seburuk itukah perasaan hingga selalu dimarginalkan? Perasaan, emosi, dan semua koloninya sangat sulit dikendalikan, terkadang datang begitu saja tanpa peringatan. Setelah datang, lalu kita harus menanggung semua resikonya.

Perasaan jatuh hati kepada seseorang, menjadi perasaan yang paling sering berakhir dengan tragis. Bahkan sebelum dimulai, sudah berakhir duluan atau terpatahkan tembok realita.

Banyak perasaan yang hanya bisa di pendam dalam-dalam, ditutup rapat-rapat hanya karena takut tak terbalaskan. Ada nyaman yang menjadi jebakan, ada suka yang hanya angan-angan, ada cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Ada yang sudah diungkap lalu malah terperangkap di zona yang mengambang tanpa kejelasan. Sebuah perasaan dianggap salah ketika tak terbalaskan dan hanya dimiliki satu pihak.
Tidak, seharusnya perasaan tidak disalahkan karena ia datang begitu saja tanpa kita minta. Baik itu dipendam atau diungkapkan, tetap saja tidak bisa disalahkan.

Salahkan saja ekspektasi kita, salahkan dia. Karena dia telah memaksa kita untuk terus menaatinya. Ekspektasi membuat kita terperangkap di dunia fantasi yang selalu memiliki akhir bahagia, hingga kita lupa akan realita.

Jangan lagi salahkan perasaan, coba perbaiki saja ekspektasi kita. Ikhlaskan saja jika memang tak terbalaskan, relakan saja jika hanya bertepuk sebelah tangan.
Tidak semua perasaan harus mendarat di ekspektasi. Mungkin kita harus berlatih gagal, agar bisa menerima kenyataan.

"Perasaanmu tidak salah, ekspetasimu saja yang tak terarah."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun