Mohon tunggu...
Arya Dana
Arya Dana Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar menulis

Menulis, beropini, sajak, puisi, cerpen, dan tulisan-tulisan lainya. Semoga menyenangkan dan dapat diterima.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bersikap Manusiawi Meski Tak Suci

12 Mei 2020   09:54 Diperbarui: 12 Mei 2020   09:57 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisakah tetap memberi meski tak suci?

Mungkin 'suci' hanyalah kata sifat yang dimiliki oleh Tuhan. Manusia seperti diriku tak akan pernah menyandang sifat tersebut. Terlebih lagi, diriku ini penuh dengan bercak dosa yang menempel pekat.  

Tuhan mungkin selalu tersenyum saat mengirim hamba-Nya ke dunia. Tuhan menapakkan diriku ke dunia dalam keadaan bersih dari semua kata jahat.  

Setelah peristiwa pertama yang aku alami di dunia, yang dahulu diriku masih bersih, kini mulai kotor, penuh noda. Persimpangan jalan kiri menjadi jalanku setiap hari, jauh dari pemilik dunia yang katanya selalu ada di kanan.

Di persimpangan jalan kiri ini aku bertemu dengan manusia lain, ternyata diriku tidak sendiri dan tidak satupun yang merasa suci ataupun merasa tinggi. Aku tidak memandang mereka dari sudut pandang Tuhan, apalagi menilai mereka dari iman, karena itu adalah hak dan tugas Tuhan.

Untuk diriku, maaf sekali sudah membawaku ke jalan yang tidak seharusnya, ke jalan yang dibenci oleh Tuhan, begitulah kira-kira kata mereka yang merasa suci saat menghardikku. Tapi aku percaya, Tuhan selalu tau jalan, dimanapun hamba-Nya berada, Ia ikut mengiringinya.

Masalahku dengan Tuhan biarlah hanya kami yang tahu, tapi satu yang ku pelajari, tetaplah memberi meski tak suci. Tak perlu sibuk menilai catatan dosa orang lain, apalagi berlaga layaknya Tuhan. Hidup bukan untuk saling mendahului, apalagi merasa paling tinggi.

Kita semua selalu mengaku sebagai manusia, makhluk yang paling sempurna. Tapi bahkan, untuk bersikap layaknya manusia saja kita tidak bisa. Sekarang aku tahu, masalah terbesar manusia adalah menjadi manusia itu sendiri. Tak apa jika diriku penuh salah, asal tetap manusiawi.

Untuk yang masih berada di jalan yang salah, esok mungkin kita akan sampai dijalan yang benar. Untuk yang sudah ada disana, ingatlah bahwa di hari kemarin kalianpun ada di jalan lain, tak perlu meninggi. Sederhanakan diri, didepan masih panjang.

Kita hanya berbeda jalan dosa, tak perlu merasa paling istimewa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun