Mohon tunggu...
Arya Dana
Arya Dana Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar menulis

Menulis, beropini, sajak, puisi, cerpen, dan tulisan-tulisan lainya. Semoga menyenangkan dan dapat diterima.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benar dan Salah Hanyalah Perspektif

12 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 12 Mei 2020   16:37 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika aku benar, apakah dia pasti salah?"

Dewasa ini kita sering berlomba merasa diri benar, mengais validasi, bahkan dengan cara menjatuhkan mereka yang tak sepaham. Seakan  hanya kitalah yang memiliki kebenaran.

Kita sering membenarkan pendapat atau kepecayaan kita dengan menyalahkan kepercayaan orang lain. Merasa yakin bahwa kepercayaan kita benar memang harus, tapi tidak berarti menyalahkan kepercayaan orang lain bisa dipraktikkan. Bukankah sebuah jajargenjang akan menjadi persegi jika dilihat dari perspektif yang berbeda?

Mari kita analogikan, Si A melihat sebuah pohon dari sisi kanan, dan dari pandangannya ia mendapatkan bahwa pohon itu berada di depan rumah. Si B melihat sebuah pohon dari sisi kiri, dan dari pandangannya ia mendapatkan bahwa pohon itu berada di belakang rumah. 

Apakah Si A benar lalu Si B salah? Atau justru Si B benar dan Si A salah? Jawabannya adalah Si A benar dengan perspektifnya, begitu pula Si B benar dengan perspektifnya.

Belakangan ini kita sering melihat peristiwa-peristiwa kefanatikan agama yang dengan mudahnya menyalahkan atau bahkan menghina agama atau kepercayaan lain. 

Para fanatik agama yang negatif ini merasa dengan merendahkan agama lain akan menambah kepercayaan mereka kepada agamanya sendiri. Mungkin mereka keliru, bukankah dengan menyalahkan kepercayaan orang lain menandakan kita kurang mengenal kepercayaan kita sendiri? Apabila kita merasa agama atau kepercayaan kita benar, maka kenali dan pahamilah agama kita sendiri, bukan malah menghardik agama lain.

Akhir kata, marilah kita merenungkan kerendahan ilmu yang kita miliki ini. Apakah kita sudah pantas menghakimi orang lain hanya karena mereka kita anggap salah? 

Padahal, benar dan salah hanyalah soal perspektif, menghakimi orang lain apalagi menghakimi imannya adalah tugas Tuhan, bahwa surga dan neraka adalah hak perogratif Tuhan, siapalah kita ini mau mengambil hak dan tugas Tuhan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun