[caption caption="source : kapanlagi.com"][/caption]
"Berhijab kok nyanyi lagu barat??"
"Berhijab kok nyanyi cinta-cintaan??"
Pertanyaan seperti ini pertamakali populer saat X Factor Indonesia edisi pertama mulai bergulir. Siapa lagi targetnya kalau bukan Fatin Shidqia, satu-satu kontestan berhijab yang akhirnya 'menang mudah' di kompetisi bernyanyi asuhan Simon Cowell tersebut.
Selain di sosial media, pertanyaan seperti itu juga kerap kita temui di situs-situs islam non mainstream yang punya kajian Islam yang menurut saya terlalu dalam. Potongan-potongan ayat maupun hadits dikeluarkan untuk men-judge apa yang dilakukan Fatin adalah sebuah penjerumusan menuju kehancuran akidah umat islam khususnya muslimah.Â
Pendapat yang sama bahkan muncul diberbagai forum pengajian. Saya beberapa kali mendapati Fatin dijadikan bahasan khusus khotbah sholat jumat. Intinya Fatin dinilai sebagai muslimah berhijab yang salah menempatkan diri. Fatin dikhawatirkan akan menjadi inspirasi muslimah berhijab lain untuk berbondong-bondong jadi artis. Intinya, sang Ustad menghimbau agar para orangtua menjaga anak-anak perempuannya agar tak menjadi seperti Fatin. Yang membuat saya kecewa, tak ada sedikitpun nilai positif Fatin dimata mereka. Tak ada solusi melainkan hanya melarang dan melarang. Tentu dengan modal potongan-potongan ayat dan hadits yang diterjemahkan sesuai kepentingan ceramah.
Oke, kita bahas satu-satu.
Sebagai seorang muslim, saya paham betul kekhawatiran mereka. Saya tidak menyangkal bahwa tampilnya seorang muslimah berhijab diatas panggung apalagi menyanyikan lagu-lagu yang jauh dari kata islami, kadang terlihat dan terdengar tak pantas. Apalagi kebanyakan lagu-lagu barat secara implisit atau tidak, mengandung konotasi yang bertentangan dengan Islam semisal narkoba, seks bebas, ateisme atau  melecehkan Tuhan. Karena itulah saya termasuk orang yang dulu mendesak agar Fatin segera mengeluarkan album, untuk meminimalisir dan mengantisipasi dibawakannya nyanyian-nyanyian berlirik tak elok tersebut. Satu hal lagi, dunia showbiz yang cenderung sekuler, kerap tak memperhatikan kelayakan seorang muslimah berhijab untuk menyanyikan sebuah lagu. Semua hanya demi pundi-pundi rupiah dan rating. Untuk poin ini saya setuju. Fatin harus menjaga betul setiap lirik yang akan dinyanyikan. Tapi bagaimana dengan lagu cinta-cintaan?
Pantaskah Muslimah Berhijab Nyanyikan Lagu Cinta?
Rilisnya album perdana Fatin membuat saya sedikit lebih tenang apalagi setelah menelaah semua liriknya, tak ada kata atau kalimat yang aneh-aneh. Meskipun masih tentang cinta-cintaan, ya sudahlah apa salahnya? Toh Allah SWT tak melarang kita bicara tentang cinta terhadap manusia. Ulama sebesar Buya Hamka saja menulis kisah percintaan Zainudin dan Hayati dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Lalu apa ada yang mempertanyakan? Kenapa Buya kok nulis novel cinta-cintaan?Â
Tapi apakah ada lagu cinta-cintaan yang buruk? Tentu ada. Tema-tema cinta yang buruk ini semisal perselingkuhan, puja-puji tentang cinta kepada manusia yang berlebihan bahkan melebihi cinta kepada Tuhan. Lagu cinta yang buruk juga mengandung imajinasi liar atau membuat orang berfantasi akan seks seperti kebanyakan lagu barat. Inilah yang harus dihindari Fatin dan muslimah lainnya di dunia pernyanyian. Seperti yang pernah saya tulis, segila dan sesekuler apapun dunia showbiz tergantung iman kita. Sejauh apapun kita berkelana di dunia ini, iman akan jadi obor yang bercahaya. Tergantung kita akan memelihara apinya atau membiarkannya padam.
Apa yang akan saya tulis di paragraf ini dan seterusnya mungkin akan sangat subjektif atau apalah namanya. Yang jelas bagi saya kehadiran Fatin di dunia showbiz memiliki timbangan manfaat yang lebih berat ketimbang mudharatnya. Jangan lupa bahwa tidak semua perempuan punya bakat jadi penyanyi atau artis seperti Fatin, tapi semua perempuan bisa terinspirasi untuk berhijab sepertinya. Kenapa kita hanya sibuk menghitung dosa padahal untuk mendapatkan pahala juga tak kalah mudahnya.Â
Pesan religius yang sebetulnya adalah jagalah anak gadis kita dari kelihaian pamer paha, belahan dada maupun aksi-aksi seksi. Jikalaupun kelak mereka terpaksa masuk ke dunia showbiz tampilah dengan lebih terhormat layaknya Fatin. Jajakanlah bakat, ide maupun ilmu dengan halal. Menjual kemolekan tubuh di TV tak ubahnya semi prostitusi yang malu-malu. Seni sebetulnya adalah tahap tertinggi dalam pencapaian intelektual. Jika ada orang yang bilang tampil seksi atau nyaris telanjang sebagai seni, maka binatang adalah makhluk paling intelek di muka bumi.
So, biarkanlah wanita-wanita berhijab bernyanyi cinta selama itu tidak mengajak orang ke jalan maksiat, tidak berisi kata-kata kotor maupun bait-bait fantasi.
"Jika setitik putih jatuh kebanyak hitam, mungkin tak menjadikan semuanya abu-abu. Tapi mereka tak bisa lagi disebut hitam."
@OrangMars
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H