Perlahan, diletakkannya rangkaian bunga itu di sana. Jalanan itu telah dipenuhi rangkaian bunga dari orang-orang yang lain. Matanya terpejam sembari menggumamkan sebait doa.
"Tuhan, kirimkan malaikat-Mu menjaganya di sana―tempat yang menurut-Mu adalah tempat yang paling damai. Tempat di mana tidak bisa ditemukan kericuhan, keonaran juga hal-hal yang menyakitkan seperti di tempat yang kupijak..."
Dua menit berikutnya senyap. Semua kepala tertunduk dalam. Mobil-mobil yang sedari tadi berseliweran menghentikan lajunya. Orang-orang menanggalkan aktivitasnya sejenak. Semua larut dalam hening. Tenggelam dalam duka yang masih sama dalam.
Dia menahan nafas. Dentang lonceng itu menyeruak di sela-sela hening. Sekali, dua kali, tiga kali hingga sembilan puluh enam kali. Sama seperti jumlah denting di tahun-tahun sebelumnya. Jumlah yang sama persis seperti jumlah korban yang tewas 22 tahun yang lalu.
Dua puluh dua tahun. Selama itu waktu yang telah berlalu. Selama itu juga waktu menulis sejarah lain.
Tapi dia tidak lupa dan tidak akan pernah lupa...
***
...I'll find some peace tonight
In the arms of an angel
Fly away from here
From this dark cold hotel room
And the endlessness that you fear...
Waktu...
Jauh berlari meninggalkan kenangan tentangmu di sudut hati
Menuliskan sejarah lain di kertas putih
Waktu...
Yang membuatku mengingat kembali masa itu
Saat di mana kau pergi,
setelah merasa letih berjuang untuk tetap hidup
Waktu...
Yang mengajariku berdamai dengan rasa pahit
Hingga aku bisa meyakinkan diri
Lalu berkata,
"Tuhan pasti menyuruh malaikat-Nya untuk menjagamu di sana."