Aku menatapnya. Mengamati setiap garis-garis wajahnya yang sedikit menegang. "Kau terlihat... sedikit frustasi. Setidaknya, itu kulihat di beberapa hari terakhir."
"Kau selalu tahu." Hening. Yang kudengar hanya suara deru nafas yang bergulung. "Entahlah... kupikir kau benar."
"Maksudmu?" tanyaku. Aku tidak mengerti ke mana arah pembicaraannya kali ini.
"Tentang semuanya."
Dahiku mengernyit. Apa maksudnya?
"Pembicaraan kita beberapa malam lalu dan..." Seulas senyum tersaput indah di wajahnya. Kurasa ini sebuah kemajuan. "ya, kau memang benar. Aku sedikit frustasi. Tapi aku sudah mengambil satu keputusan. Aku akan pergi."
Mataku hampir tak berkedip. Heran dan juga takjub. "P-pergi dari sini?" Rasanya seperti mendengar satu hal yang tidak mungkin terjadi.
"Ya," jawabnya pendek.
"Lalu kau akan ke mana?"
"Bukan aku, tapi kita."
Aku tertawa kecil. Dia serius, aku tahu. "Baiklah, kita akan ke mana?"