Mohon tunggu...
anggraini_
anggraini_ Mohon Tunggu... -

bukan kupu-kupu, namun lalat buah yg tdk mengalami metamorfosis sempurna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

kalian para 'burung' memang agaknya keterlaluan

7 Januari 2014   10:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:04 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13890674201047165813

Kalian para burung memang agaknya keterlaluan. Berdua-dua an diatas pohon, membuat sarang dan kemudian bertelor. Memang secara kepemilikan pohon rambutan dan pohon mangga itu adalah sah milik saya dan keluarga. Lihat, kami bahkan tidak memasang tarif kalo kalian membuat sarang di atas sana. Lantas kenapa beberapa hari ini sarang burung berjatuhan ke halaman kami. Sarang burung lengkap dengan beberapa anak burung yang masih hidup dan berciap ciap mengiba. Seandainya sarang-sarang itu kosong tentu kami sebagai manusia tidak memiliki tanggungan moril dan peri kemanusiaan. Kenapa? Karena kami sekedar manusia, memiliki perasaan sebagai dasar diri kami.
Maka dari itu saya memungut anak-anak itu atas dasar peri kemanusiaan. Bukan karena apa-apa. Bukan karena kasihan. Bukan karena arogansi spesies yang berbeda.
Kemudian setelah beberapa kejadian, saya dihinggapi perasaan was-was. Apakah anak burung itu akan hidup keesokan harinya? Apakah lampu ruang ini cukup menjaga mereka dari kdinginan? Dsb.

Saya capek dihinggapi perasaan tsb tiap hari. Kenapa kalian para burung tidak membangun sarang yang kuat dari tempaan angin dan hujan yg beberapa hari ini tak pernah absen. Buatlah sarang dari jerami yg baik dan kuat. Buat konstruksi sarang yg tidak mudah goyah oleh angin yg ribut di luar sana.
Kalian tidak tahu?

Tidak kah kalian merasa sedikit keterlaluan? Setidaknya kalian para burung hendaknya tahu diri. Bagaimana bisa kalian menumpang di pohon kami dan membuat kami bertanggungjawab atas anak-anak kalian. Kami bahkan tidak punya paruh dan sayap seperti kalian. Lantas bagaimana bisa kami mengajari anak-anak kalian terbang? Tidak ingatkah, kami manusia, dari species mamalia. Tidak berparuh tapi punya mulut. Tidak bisa terbang karena tak bersayap.

Haruskah setiap hari saya melakukan penggrebekan ke sarang-sarang di atas sana. Menyuruh pasangan burung-burung itu untuk pergi? Supaya tidak ada telor-telor yg menetas. Supaya tidak ada anak-anak burung yg jatoh ketika hujan dan angin. Supaya . . Ah. Tapi bgaimanapun saya memang sekedar manusia, atas dasar peri kemanusiaan itu saya tak tega oleh ciap ciap anak brung yang lemah tsb.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun