Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menghitung Siapa Juara Piala Dunia 2022

20 November 2022   15:11 Diperbarui: 20 November 2022   15:16 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai pembuka piala dunia 2022 akan menyajikan laga tuan rumah Qatar menghadapi delegasi Amerika Latin tim nasional Equador di Al Bayt. La Tricolor, julukan Equador di atas kertas lebih diunggulkan. 

Mereka menang pengalaman dibanding Qatar yang jutsru jadi tim dengan rangking paling buncit di antara peserta lainnya. Qatar sendiri di banyak prediksi tak akan bergerak jauh dalam perjalanan mereka di ajang kali ini. Bahkan untuk lolos dari babak grup saja banyak pengamat pesimis.

Piala Dunia 2022 menjadi salah satu yang paling menarik jika menilik beberapa fakta di dalamnya. Pertama tentu saja terkait waktu penyelenggaraannya yang untuk pertama kali digelar di musim dingin setelah 22 kali. 

Yang kedua mungkin tentang opini bahwa ini akan jadi ajang piala dunia terakhir bagi dua pesepakbola terbesar abad ini: Cristiano Ronaldo dan Messi. Prediksi terkait siapa yang akan keluar sebagai jawara pun saling silang menyilang sejak beberapa bulan terakhir di media.

Dan seperti biasa, dua poros besar di dunia sepakbola selalu jadi unggulan yakni Eropa dan Amerika Latin. Eropa ada Prancis selaku juara bertahan, Jerman dengan bekal sebagai tim paling konsisten, Spanyol yang membawa pemain-pemain muda bertalenta dengan gaya tiki-taka yang kental, Belanda yang kembali bersama wajah baru setelah absen di piala dunia sebelumnya, Portugal dengan Cristiano Ronaldonya yang akan mati-matian membawa pulang tropi paling prestisius itu, Inggris dengan harapan besarnya, atau Belgia yang punya amunisi mematikan antar lini. Serta jangan lupakan tim lain yang bisa saja memberi kejutan seperti Croatia.

Di belahan bumi nan jauh Amerika Selatan ada Argentina dan Brazil yang kerap menjadi tulang punggung Conmebol. Saudara lain mereka yang juga punya kekuatan solid adalah Uruguay yang jadi semifinalis piala dunia 2010 serta modal sejarah memenangkan dua kali ajang ini. Argentina dan Brazil adalah yang paling diharapkan bisa mengimbangi kekuatan tim-tim Eropa. Terlebih sudah empat kali gelaran piala dunia terakhir dikuasai tim Eropa.

Kali ini dua tim Amerika Latin dipercaya punya persiapan lebih untuk merengkuh tropi akbar itu. Argentina maupun Brazil berangkat dengan tim terbaik yang mereka punya. Kedalaman skuat masing-masing dari mereka memiliki kekuatan yang disebut-sebut berada di atas level tim pada piala dunia sebelumnya. Wajar kemudian bila Brazil bersanding Argentina dalam start paling depan lomba.

Membandingkan keduanya mungkin secara materi pemain hanya beda tipis. Brazil lebih bertabur bintang di semua sektor sampai-sampai pelatih kepala Tite tak bisa tidur memikirkan siapa pemain yang akan dipanggil dan yang akan ditinggalkan sesuai regulasi 26 pemain yang ditetapkan FIFA. Nama sekaliber Roberto Firmino bahkan terlempar dan harus mengubur mimpi bermain di piala dunia. 

Persaingan di tim nasional Brazil terbilang paling ketat mengingat stok pemain yang melimpah. Tapi di sisi lain ini bisa jadi boomerang bagi pelatih maupun secara kolektif. Sebagaimana kasus-kasus lama di dunia sepakbola saat sebuah tim dipenuhi pemain berlabel bintang, koneksi dalam tim malah sulit terbentuk, imbasnya permainan menjadi tak sejalan dengan harapan.

Bila kita menyeberang melirik pada kekuatan Argentina, semua orang mungkin akan sepakat untuk bilang bahwa tim yang sekarang tak sekaya materi pemain milik Brazil. Tim tango malahan masih bertumpu pada wajah lawas Leo Messi maupun Angel Di Maria. Tapi Argentina punya chemistry secara keseluruhan. Pelatih Scaloni nampaknya berhasil membangun kekompakkan dalam tim. 

Paling penting dari Argentina dan selama ini sulit dilakukan pelatih-pelatih terdahulu adalah cara memaksimalkan potensi besar kapten Leo Messi. Nah sepanjang 36 pertandingan yang dijalani Argentina di ajang internasional dengan catatan tanpa sekali pun kalah di mana mereka juga sukses merengkuh juara Copa Amerika yang lalu, menjadi modal mereka menatap perhelatan empat tahunan ini.

Kekuatan utama Argentina benar-benar berimbang di semua sisi. Kiper yang kuat, pertahanan yang solid, lini tengah petarung, dan penyelesai serangan yang licin membuat tim ini matang secara keseluruhan. Motivasi tim kian bertambah untuk membantu Messi meraih tropi piala dunia pertamanya. Bila bisa menjaga chemistry yang terjalin sepanjang turnamen, rasanya melihat Argentina menjuarai piala dunia adalah hal wajar.

Di Eropa mata pecinta sepakbola tentu lebih banyak tersorot pada kekuatan-kekuatan tradisional semacam Jerman, Inggris, Spanyol, Prancis, maupun Belanda. Tentu tanpa memandang remeh tim-tim lain yang berpotensi memberi cerita berbeda.

Jerman, seperti julukannya Der Panser. Kekuatan yang sangat mematikan dan bisa membunuh siapa saja. Kemenangan 7 -- 2 atas Brazil di piala dunia 8 tahun silam contoh kecilnya. Jerman tipikal tim yang tak fokus menempatkan kekuatan pada satu titik saja. Mereka kuat secara keseluruhan dan punya koneksi antar lini permainan yang sulit diterka lawan. 

Semua pemain inti Jerman di skuat yang ada sekarang bahkan memiliki gaya bermain menyerang, termasuk sang kiper Manuel Neuer yang juga kapten tim. Mereka masih mengandalkan Thomas Muller. Pemain yang dianggap biasa-biasa saja tapi punya sejarah manis di piala dunia. Jerman sangat mungkin bisa menyamai catatan lima kali juara milik Brazil di piala dunia kali ini.

Prancis yang jadi tim sesama Eropa barat bersama Jerman juga punya sejarah bagus di piala dunia. Di gelaran terakhir 2018 lalu mereka bahkan jadi juaranya. Namun meski berstatus juara bertahan faktanya tim nasional Prancis harus menghadapi situasi sulit di detik-detik terakhir jelang turnamen. Mereka harus ditinggal sejumlah pemain inti karena cedera. 

Paul Pogba, N'Golo Kante, Nkunku, Presnel Kimpembe, Maignan, bahkan yang terbaru bomber Karim Benzema juga dikabarkan positif mengalami cedera saat latihan tim. Prancis menjadi tim paling sial atas situasi tersebut. Tak ayal kutukan piala dunia bagi juara bertahan pun mengarah kuat pada mereka. Rasanya berat bagi mereka untuk berprestasi di piala dunia 2022 ini.

Inggris menjadi negara Eropa barat lainnya yang cukup diunggulkan. Biar pun selalu masuk jajaran unggulan di hampir setiap piala dunia nyatanya Inggris selalu kesulitan untuk berprestasi. Masalah utama mereka selalu sama yakni ketidakmampuan menemukan formula pas antara permainan dengan deretan pemain berkualitas top yang mereka punya. 

Memiliki kompetisi sepakbola terbaik di dunia justru membuat pasukan The Three Lions seakan selalu tampil inkonsisten dari waktu ke waktu. Di bawah komando pelatih Gareth Southgate Inggris sebenarnya mulai memperlihatkan kemampuan untuk berbicara lebih jauh di ajang internasional. Terakhir mereka bisa mencapai babak semifinal piala Eropa tahun kemarin. 

Kalau sang pelatih sanggup memoles mental pemain-pemain Inggris untuk bisa bersaing lebih keras lagi sepertinya frasa football is coming home yang kerap didengungkan publik Inggris sangat terbuka untuk menjadi kenyataan di Qatar kini. Punya kiper-kiper terbaik, bek yang kuat, gelandang beragam tipikal, dan penyerang tajam membuat Inggris layak untuk juara.

Belanda dan juga Belgia yang masih berada di kawan barat Eropa merupakan dua tim kuat berikutnya yang patut dibicarakan kemungkinannya untuk memberi sejarah baru di piala dunia. Keduanya sama-sama belum sekali pun merasakan gelar juara namun secara materi pemain yang tersedia sekarang tentu sangat layak menantikan sampai sejauh mana mereka melangkah. 

Belanda lebih kaya pengalaman dibanding Belgia. Tim Orange layaknya sang juara yang belum direstui alam. Mereka hanya kurang beruntung. Kalau melihat kualitas pemain dari dua tim ini Belgia tentu saja sedikit di atas Belanda. Dan berbekal pengalaman panjang yang dimiliki Belanda, deretan pemain top di skuat Belgia, maka sangat tak adil jika langkah salah satu dari keduanya tidak sampai di semifinal.

Terakhir Spanyol dan Portugal. Dua negera yang mewakili wajah Eropa bagian Selatan.

Portugal akan bertindak di piala dunia kali ini bersama Cristiano Ronaldo, pemain paling berpengalaman dalam tim. Status kebintangan Ronaldo menjadi pisau bermata dua dalam tim. 

Di satu bagian ia menjadi pemimpin dan pembeda, tapi di sisi lain ia bisa menjadi hantu bagi Portugal sendiri. Ronaldo yang telah lama dicap sebagai pemain egois, dan kemungkinan akan tampil di piala dunia terakhirnya mengingat usia yang kian menua diyakini akan jadi masalah bagi keseimbangan tim. Belum lagi sederet kontroversi yang dibawanya beberapa hari terakhir.

Terlepas dari Ronaldo tim nasional Portugal versi 2022 ini punya kedalaman tim yang sangat kuat. Tim ini beraroma liga Inggris lantaran banyak pemain dalam skuat yang merumput di Inggris. 

Dari lini belakang mereka mencampur pemain muda dan pemain berpengalaman, lini tengah yang menjanjikan kreativitas tingkat tinggi, serta barisan penyerang haus gol akan bikin Portugal terlihat berbeda. Dengan segala kondisi yang ada, sangat terbuka peluang bagi Ronaldo dan kawan-kawan untuk membawa piala dunia pertama kalinya ke tanah Portugal.

Terakhir Spanyol. Ini mungkin menjadi Spanyol yang sangat berbeda dari tim Spanyol yang lalu-lalu. Pelatih Enrique membawa banyak pemain muda. Keputusannya dalam pemilihan pemain bahkan menyulut kontroversi setelah tidak menyertakan kiper Manchester United David De Gea, bek berpengalaman Sergio Ramos, maupun gelandang lincah Tiagho Alcantara. 

Tim yang biasanya cukup banyak wajah Madrid kali ini tampil dengan lebih sedikit pemain Madrid di mana hanya Dani Carvajal dan Asensio yang dipanggil sang pelatih. Secara keseluruhan Spanyol punya materi pemain cukup komplit meski tanpa kehadiran nama-nama tadi. 

Mayoritas pemain dalam tim baru pertama kali tampil di piala dunia. Secara teknis mereka tentu kalah pengalaman. Hanya saja bila melirik ke belakang bagaimana rekam jejak tim Spanyol di bawah arahan Enrique di beberapa ajang seperti piala Eropa dan UEFA Nations Leauge penggemar Spanyol nampaknya boleh lebih percaya diri. 

Materi pemain muda non pengalaman di piala dunia ini adalah nama-nama yang sudah dipersiapkan Enrique melalui ajang-ajang regional sebelumnya. Secara permainan Spanyol tak banyak mengubah gaya dari tim legendaris 2008-2012. Mental mungkin yang akan jadi pembeda. Sisanya peluang untuk jadi juara tak bisa dipandang tipis.

Lalu bagaimana dengan peluang tim-tim Asia dan Afrika. Secara pribadi saya selalu ingin ada negara Afrika yang bisa menggebrak setidaknya hingga semifinal mengulangi prestasi Senegal 20 tahun silam. Di piala dunia kali ini Afrika hadir dengan tim-tim yang tak jauh beda dengan yang terdahulu. Tidak adanya Mesir mungkin jadi cerita kurang menariknya.

Melihat keseluruhan kekuatan peserta piala dunia tentu sangat sulit bagi negara-negara Afrika untuk berbicara lebih. Bila ada yang sampai di babak quarterfinal itu sudah sangat memuaskan. Sulit rasanya menembus empat besar di tengah deretan kekuatan tim besar Eropa tadi. Walau pun begitu tak ada hal gila dalam sepakbola yang mustahil terwujud.

Menyeberang ke Asia. Korea dan Jepang masih jadi andalan benua kuning untuk mencapai level negara-negara lain. Tanpa mengesampingkan negara arab seperti Saudi Arabia dan Iran. 

Jepang terjebak di grup neraka bersama Spanyol, Jerman dan Kosta Rika. Banyak pandit memilih Jerman dan Spanyol yang akan keluar sebagai pemimpin grup menggugurkan Jepang dan Kosta Rika. Menurut saya ini justru jadi kesempatan emas untuk Jepang. Persaingan Jerman dan Spanyol kemungkinan akan berat demi tiket juara grup. Jika salah satu dari keduanya tergelincir maka tentu Jepang bisa mengambil keuntungan dari situ. Piala dunia tentu punya kejutannya sendiri.

Bagaimana dengan Korea? Son Heung-Min dan kawan-kawan juga sama situasinya dengan Jepang. Mereka tergabung di grup neraka bersama Portugal dan Uruguay serta Ghana mewakili benua masing-masing. 

Secara matematis Portugal dan Uruguay lebih dijagokan untuk lolos ke fase gugur. Tapi sekali lagi ini adalah piala dunia dengan sejuta kejutannya. Jangan lupakan bagaimana tragisnya Jerman tersandung di piala dunia 2018 lalu akibat dikalahkan Korea secara dramatis. Tim Eropa paling ditakuti itu tumbang oleh perwakilan Asia yang diremehkan. Keduanya lalu sama-sama gugur.

Kita mungkin bisa sedikit berharap lebih pada Iran sebagai wakil Asia lainnya di grub B, dan tentu tanpa mengurangi perhatian pada sesama negara arab lainnya macam Arab Saudi dan Qatar. Hanya saja jika dibanding wakil Asia lainnya posisi Iran barangkali sedikit lebih lega. Mereka segrup bersama dua negara saudara yakni Inggris dan Wales serta Amerika Serikat. Patut ditunggu siapa saja wakil Asia yang sanggup melaju jauh.

Dan pada akhirnya kesimpulan prediksi ini adalah bahwa saya harus bilang saya mengunggulkan Argentina untuk keluar sebagai juara. Terlepas dari kenyataan kalau di antara semua negara peserta piala dunia kali ini saya paling suka gaya bermain tim nasional Spanyol, tetap saja saya harus bilang Argentina punya kualitas terdepan untuk ajang kali ini. Bila chemistry dua tahun terakhir yang mereka bangun ini bisa dijaga tropi piala dunia akan jadi milik Leo Messi dan kolega.

Sebagai penikmat sepakbola saya selalu senang bisa menonton Messi dan Ronaldo di era mereka. Keduanya sangat pantas meraih prestasi tertinggi sepakbola ini yang belum pernah mereka raih. Dan itu akan jadi cerita manis penutup karier keduanya di dunia sepakbola yang tak lama lagi usai.

Selamat menyaksikan piala dunia sodara-sodara! Ingat ya sebesar-besarnya dukungan kalian pada tim yang akan berlaga di piala dunia kali ini, jangan pernah lupa tim nasional Indonesia. Kita masih belum pernah main di piala dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun