Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mindset Pemuda Bertani

10 April 2023   21:27 Diperbarui: 10 April 2023   21:40 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan Sawah Di desaku/Dok Pribadi

Technologi

Teknologi dari sisi peralatan pertanian mungkin saat ini lebih bagus dibandingkan dengan 35 tahun yang lalu. Pada saat itu untuk untuk membajak sawah masih menggunakan alat bajak bertenaga kerbau, saat menanam padi juga masih dilakukan secara manual, pemupukan juga masih alat sederhana bahkan kadang ditabur pakai tangan, saat memanen juga menggunakan ani-ani dan merontohkan padi hasil panen dengan cara menggebuknya.

Mesin bajak sudah ada, mesin pemanen hingga perontok juga sudah ada diera sekarang, meskipun berdampak pada berkurangnya buruh tani untuk andil menikmati hasil pertanian. Seperti saya katakan ini terbatas pada peralatan pertanian, belum ada teknologi bagaimana agar hama tikus dan burung tidak merusak tanaman, belum ada teknologi bagaimana menentukan desain pertanian yang menjanjikan dan lain-lain. 

Seperti yang saya ketahui dari sejak kecil cara mencegah hama tikus dilakukan grebek tikus dengan cara menangkap tikus dari sarangnya dan mengusir burung-burung pemakan padi secara manual, tidak ada perubahan dan kemajuan teknologi.

Mindset Bertani

Dari ketiga permasalahan pertanian Indonesia belum berhasil swasembada "mindset Bertani" bagi kalangan anak muda agar regenerasi pertanian berjalan dan generasi petani muda yang lebih punya skill, inovasi dan mengembangkan teknologi. Seperti yang kita ketahui sekitar 40 Juta Penduduk Indonesia Bekerja di Sektor Pertanian pada Februari 2022. 

Namun dari jumlah 40 juta penduduk tersebut hanya sedikit prosentase kalangan muda untuk bertani. Kalaupun ada usia muda bertani kebanyakan mereka yang berpendidikan rendah atau bahkan tidak berpendidikan sama sekali. Karena tidak punya ijasah untuk melamar kerja di peusahaan endingnya mereka kesawah.

Hal ini membuktikan skill dalam hal pertanian masih minim sehingga petani-petani di Indonesia belum berbekal ilmu pertanian yang mumpuni.

Akan tetapi di Indonesia saat ini banyak Universitas-universitas swasta maupun negeri yang membuka Fakultas Pertanian contohnya Institute Pertanian Bogor (IPB), UNIBRAW, UNDIP dan lain-lain, pertanyaannya kemana mereka setelah lulus dengan gelar sarjana pertaniannya ?

Bukan rahasia umum mereka lebih suka duduk diatas meja dibanding mengamalkan ilmu yang mereka peroleh dibangku kuliah untuk terjun kesawah. Pengangkatan ASN, pegawai BUMN, PTPN dan lain-lain incaran mereka, keengganan untuk terjun langsung sebagai petani bergelar dan mempunyai skill takut karena kurangnya pendapatan sebagai petani. 

Padahal tidak demikian kalau kita mau bercemin dan belajar dari petani modern di Jepang, China, USA dan negara lainnya. Mereka bisa menjadi konglomerat dengan bertani sementara imets petani di Indonesia masih terkesan lusuh, berlumpur dan miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun