Pro kontra Penolakan timnas Negara Israel dalam ajang piala U-20 di Indonesia lagi marak akhir-akhir ini. Beberapa ormas Islam di Indonesia tegas menolak timnas dari Israel tersebut dengan alasan pelanggaran HAM berat yang dilakukan atas invasi Israel terhadap Palestine yang notabene mayoritas beragama Islam, walaupun diantara warga Palistine ada yang beragama kristen, nasrani dan lain-lain.
Menyusul statement gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali yang notabene kader PDIP yang juga menolak timnas Israel dengan dasar menjaga komitmen Bung Karno pada Palestine.
Sejarah memang mencatat Palistine adalah salah satu negara di timur tengah yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Histori sejarah persaudaraan Palistine dan Indonesia ini tidak bisa dilupakan, wujud timbal balik karena Palestina mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 maka secara moril Indonesia juga mendukung kemerdekaan Palestina dari cengkeraman Israel. Terlebih UUD 45 memuat adanya bahwa penjajahan diatas dunia dihapuskan. Politik luar negeri Indonesia "Bebas Aktif" adalah acuan bangsa Indonesia dalam peran aktifnya menjaga ketentraman dunia.
Pro kontra menolak tim U-20 dari Israel diberbagai media sosial marak dan banyak statement yang unik dan kadang berujung kekecewaan tanpa memilah, ada tuduhan statement seseorang pemimpin demi kepentingan politik tahun 2024. Adapula statement menarik dari para nitizen yang layak dicermati dalam tulisan singkat saya kali ini. "Jangan Campur Olahraga dan Politik" ini yang sering saya jumpai di berbagai medsos seperti twitter, tik tok dan Instagram.
Olahraga dan Politik benarkah tidak berhubungan ?
Mari kita tengok beberapa kutipan singkat sejarah ajang olahraga didunia yang terjadi dimasa lalu dan indikasi pemanfaatan olahraga untuk kepentingan politik. Sejarah mencatat Mussolini pada Piala Dunia 1934 yang memaksakan Piala Dunia harus dilaksanakan di Italia dan klubnya harus 'menang atau mati" bagi Mussolini, seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan sportif. Tak beda jauh dengan Mussolini pada masa Diktator asal Jerman Adolf Hitler juga memanfaatkan Federasi Sepak Bola untuk propaganda politik Nazi.
Dinegara Spanyol diktator Franco yang konon pernah memanfaatkan klub sepak bola Real Madrid sebagai alat legitimasi kekuasaannya. Piala dunia 2022 di Qatar beberapa waktu lalu indikasi ada memanfaatkan moment olahraga tersebut untuk kampanye LGBT dengan bendera pelanginya, untungnya pemerintah Qatar sebagai tuan rumah sigap mencegahnya.
Dari beberapa kutipan tersebut diatas sepakbola bukan sekadar olahraga, melainkan telah lama menjadi alat politik sekaligus kampanye kepentingan lain diluar olahraga. Bukan rahasia umum Israel adalah negara penjajah dengan invasinya ke Palestina, keberadaan negara Israel pun tidak sepenuhnya diakui negara-negara didunia.
Kewaspadaan agar ajang sepakbola U-20 di Indonesia dimanfaatkan Israel untuk kepentingan politiknya mungkin inilah alasan beberapa fihak menolak kedatangan tim Istrael. Atau dapat dikatakan kalau membiarkan tim Israel ikut maka secara tidak langsung menyetujui Invasi dan pelanggaran HAM yang dilakukannya pada Palestina.
Alasan ini berkaca dari sejarah ajang olahraga dimanfaatkan negara atau penguasa untuk kepentingan politiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H