Sampah, sebuah kata yang merupakan benda sisa-sisa dari kegiatan manusia terhadap sebuah benda dan telah dimanfaatkan, dan juga sebuah kata yang menunjukkan kedudukan yang rendah.
Sampah menjadi problema terbesar dalam kehidupan manusia dijaman modern ini. Indonesia berdasar hasil survey internasional merupakan negara penghasil sampah terutama sampah plastik terbesar didunia.
Ada beberapa macam jenis sampah atau limbah yang kita ketahui yaitu sampah organik, sampah anorganik dan limbah kimia. Sampah organik banyak kita jumpai terlebih hidup dinegara Indonesia yang kaya akan berbagai macam tumbuhan.
Sampah organik banyak dihasilkan dari sisa makanan manusia/hewan, daun-daunan, buah-buahan dan sayuran. Sedangkan sampah anorganik adalah limbah yang dihasilkan oleh industri atau juga bisa disebut limbah buatan. Sampah anorganik dapat berupa berbagai macam semisal, plastik, kaca, kaleng, kertas, sterefom,kain dan lain-lain.
Sampah organik dampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia tidak seberapa dibanding sampah anorganik dikarenakan sampah organik mudah melebur dengan tanah baik secara proses alamiah maupun atas bantuan manusia.
Berbeda halnya dengan sampah anorganik dampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia sangat besar, selain bagi kesehatan juga kerusakan alam. Sebagai contoh sampah plastik, sampah plastik tidak bisa melebur dengan tanah dan jika dibuang sembarangan akan menyebabkan kerusakan lingkungan dari mulai tanah tidak subur, kematian hewan hingga tersumbatnya aliran sungai yang mengakibatkan banjir.
Pepatah sedia payung sebelum hujan mungkin kurang merasuki kedalam hati kita khususnya warga negeri +62. Saat terjadi musibah banjir barulah beramai-ramai dari mulai anjuran hingga gotong royong membersihkan sampah seloka.
Hal demikian yang dilakukan pemerintah setempah baru melakukan pengerukan sungai ketika terjadi musibah. Kiranya bukan hal sampah semata sering kita jumpai jalan aspal berlubang dan dibiarkan, setelah ada musibah baru diperbaiki.
Padahal secara logika sedia payung sebelum hujan, upaya pencegahan sejak dini agar tidak terjadi musibah. Pengerukan sungai misalnya mungkin dilakukan ketika musim kemarau, sebab tanah lumpur hasil kerukan cepat kering akan berbeda jika pengerukan sungai dilakukan saat penghujan tanah lumpur akan kembali kesungai terbawa arus air hujan.
Upaya berbagai kalangan dalam meminimalisir dampak sampah anorganik dari mulai menciptakan plastik berbahan alami, pembangunan tempat pembuangan sampah terakhir (TPST) dari kota hingga berbagai desa dan pemanfaatan kembali sampah dijadikan karya kriya.
Sampah organik dari hasil limbah rumah tangga dapat pula diolah menjadi pupuk kompos dengan berbagai macam pengomposan secara sederhana hingga yang modern dan hasil pengomposan dapat digunakan sebagai pupuk kompos yang bernilai jual.
Adapula pengolahan limbah organik dengan metode alami yaitu peleburan limbah menggunakan lalat BSF atau lalat buah. Limbah organik dikumpulkan untuk dijadikan media pemeliharaan lalat BSF, nantinya lalat ini bertelor dan menghasilkan magot atau larva lalat yang bisa digunakan untuk makanan ternak, ikan, burung yang bernialai jual.
Mungkin sampah organik mudah dikelola dan dapat dimanfaatkan kembali, berbeda dengan sampah anorganik berupa plastik, memang betul botol plastik, gelas plastik dikumpulkan dan bisa dijual kembali pada pengepul. Akan tetapi beda dengan limbah plastik bekas bungkus berbagai macam minuman, makanan.
Daur ulang sampah plastik mengolah kembali untuk menjadi produk kriya pada akhirnya nantinya juga menghasilkan sampah plastik pula intinya hanya menunda menjadi sampah.
Pengelolann sampah anorganik tersebut banyak kita jumpai di TPST, bagaimana saat sampah masih dilingkungan rumah kita ?
Penyediaan tong sampah oleh berbagai kalangan dengan membagi tong sampah organik, anorganik dan kimia tidak akan mumpuni jika tidak disertai kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dengan benar. Ini dapat kita lihat sungai-sungai masih banyak bertebaran sampah plastik yang berdampak pada semakin dangkalnya sungai. Tanah kosong ditepi jalan dijadikan sasaran untuk membuang sampah hingga menumpuk.
Meskipun berbagai upaya mencegah membuang sampah sembarangan dengan berbagai macam banner larangan dari mulai bahasa yang santun hingga yang sarkas, memagarai jembatan dengan hiasan bunga dan larangan lainnya, akan tetapi tetap saja kurang kesadaran.
Pada dasarnya perilaku salah tersebut akan berubah jika dimulai dari diri kita memberikan contoh dengan perilaku menangani sampah dengan benar lambat laun masyarakat akan ikut.
Demikian pula jika kita berperilaku yang salah dalam menangani sampah maka masyarakat juga akan mengikutinya.
Kalau tidak percaya coba saja menaruh sebungkus sampah dipekarangan kosong kita, satu, dua, tiga hari orang-orang akan menaruh sampah ditempat tersebut. Mencintai alam dapat kita lakukan mulai dari diri kita dengan cara mengelola sampah dengan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H