Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Tata Krama?

17 November 2021   10:31 Diperbarui: 17 November 2021   10:35 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
adab berkumpul/dokpri

Tata krama, sopan santun, unggah ungguh adalah kata-kata dengan bermacam format bahasa namun bermakna sama. 

Kalau kita cari arti sopan santun maka akan kita dapat arti sesuai kbbi sebagai berikut : sopan santun/so*pan san*tun/ n budi pekerti yang baik; tata krama; peradaban; kesusilaan: - dalam pergaulan sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat; bersopan santun/ber*so*pan san*tun/ v 1 berlaku (berkata dan sebagainya) dengan sopan sekali; 2 ada sopan santunnya; kesopansantunan/ke*so*pan*san*tun*an/ n perihal sopan santun

Bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi budaya ketimuran aturan dalam bermasyarakat sudah sejak lama menjalankan adap sopan santun yang lebih dikenal tata krama. Norma budaya, norma adat, norma sosial dan norma agama dirangkum dalam satu dasar negara yaitu Pancasila yang termaktub pada kelima sila tersebut. Baik dalam bermasyarakat, mengelola ekonomi, dan berdemokrasi keniscayaan bertata krama.

Kadang kebanyakan kita hanya melihat sopan santun, tata krama, unggah ungguh hanya dari ucapan semata. Ada orang mengkritik dengan bahasa sarkas dilabeli tidak tahu sopan santun. 

Padahal kalau kita pahami lebih luas bahwa sopan santun, tata krama, unggah ungguh bukan hanya perbuatan dari ucapan baik lisan atau tulisan, akan tetapi perilaku secara fisik kita dalam bertindak keseharian juga ada adap sopan santunnya.

Ada pepatah Jawa " Ajining Raga Saka Busana, Ajining Diri Saka Lathi " dalam pemahaman penulis yang masih banyak belajar ada beberapa macam sopan santun yang saya paparkan secara singkat dalam paragraf dibawah ini.

Sopan santun dalam hal lisan atau ucapan, dalam budaya Jawa ada beberapa jenis bahasa yaitu Jawa Ngoko, Jawa Krama dan Jawa Krama Inggil. 

Ketiga jenis bahasa tersebut kategori penggunaan bahasa dalam berbicara dengan siapa. Perbincangan dengan sesama teman terutama usia muda lebih sering menggunakan bahasa Jawa Ngoko, sedangkan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Krama/Krama Inggil. 

Tentu saja tatakrama dalam berucap ditanah Jawa berbeda dengan daerahdaerah lain di Indonesia yang beragam suku, adat dan budaya masing-masing. Akan tetapi saya yakin setiap daerah mempunyai adap sopan santun.

Selain itu dalam norma agama juga dimuat bagaimana berucap yang baik dan benar, dalam salah satu ajaran agama Islam dilarang berucap "cis" (mengecapkan lidah dan bibir) saat berbicara dengan orang yang lebih tua. 

Namun seiring perkembangan jaman dan pengaruh budaya barat adap sopan santun menjadi luntur. Sebagai contoh kata-kata, Jancuk, Jangkrik, Gateli, Taek, Anjing, dll menjadi hal biasa dan dianggap lumrah padahal ucapan tersebut semasa kecil saya bila diucapkan kepada orang lain terutama orang yang lebih tua bakal dimarahi hingga ditampar, dalam adap sopan santun kata-kata tersebut tidak beradap.

Yang kedua sopan santun tatakrama dalam berperilaku, bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi hal tersebut. Sering kita lihat dalam acara acara adat atau moment pernikahan mempelai sungkem kepada kedua orangtua dengan cara bersimpuh, berjalan didepan orang yang sedang duduk dengan sedikit menundukkan badan, mengucap permisi "nuwun sewu" saat berjalan melintasi dikerumunan orang dan lain-lain adalah wujud bertatakrama dalam berperilaku. 

Tatakrama ini juga ada dalam bersedekah atau memberi sesuatu kepada orang lain, adalah hal yang tidak bertatakrama memberikan sesuatu dengan cara melemparkan dari atas kendaraan, memberi uang recehan kepada pengemis dengan melempar dan lain-lain. 

Meskipun mereka membutuhkan pemberian namun mereka adalah sama-sama manusia makhluk hidup ciptaan Tuhan. Mungkin perilaku yang tidak beradap memberikan hadiah dengan melempar hal yang dianggap lumrah, akan tetapi lebih manusiawi dan saling menghargai sesama manusia sebagai cerminan pengamalan Pancasila lebih elok memberikan dengan cara langsung ketangan penerima.

Pancasila dasar negara yang bersumber dari norma agama, norma sosial dan norma adat mengatur bertatakrama beradap sopan santun yang termaktud dalam butir-butir sila-sila Pancasila agar kehidupan bangsa Indonesia bertatakrama mulai dari elite negeri ini hingga rakyat jelata sehingga tercipta negeri yang bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun