Dari sekian moment perayaan Idul Fitri sejak usia kecil hingga sekarang pengalaman idul fitri yang paling berkesan adalah saat tinggal di Ambon Manise sebutan khas sebuah daerah di Maluku.
Walau aku tak tinggal dipusat kota Ambon namun malah dekat disekitar kampus UNPATI tetap saja sebutan Ambon Manise masuk kedaerah aku tinggal.
Ada dua moment berkesan kala Idul Fitri dikota tersebut yang sangat indah sebagai wujud keberagaman dan kebhinekaan Indonesia tercinta.
Aku tinggal bertetangga sebelah kanan tetangga muslim, sebelah kiri tetangga non muslim, sebelah depan non muslim dan belakang rumah muslim dan kebetulan dekat masjid dan aktif diremaja masjid tersebut.
Ada suasana indah saat idul fitri, halal bihalal silaturrahmi sesama tetangga , tetangga, teman dan pak RT yang kebetulan non muslim dengan berpakaian rapi turut hadir bertamu mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri.
Sebagai wujud pengharagaan kehadiran mereka sajian makanan khas idul fitri tumpah ruah dimeja tamu, ngobrol sana sini dengan penuh keakraban, tak ada jarak diantara kami walau kami beda suku dan beda agama.
Moment kedua yaitu saat 7 hari setelah 1 syawal tepatnya saat hari raya ketupat kalau biasa di Jawa. Sebagai yang aktif di remaja masjid, kami anggota remaja masjid menggadakan acara halal bihalal didaerah desa terpencil sambil memberikan sedikit bantuan pada mereka yang kondisinya kurang menguntungkan.
Kami kumpulkan baju-baju lebaran tahun lalu yang masih bagus dari para dermawan ada juga yang memberi baju baru. Uang dan kebutuhan juga kami kumpulkan dari warga sekitar perumahan yang ingin berbagi kepada saudara sebangsa didaerah terpencil tersebut. Dengan naik bus rombongan remaja masjid berangkat menuju kedesa tujuan.
Sambutan meriah diluar dugaan kami, mungkin itu wujud kearifan budaya lokal dalam menyambut tamunya, walau kondisi ekonomi warga kurang beruntung, namun sambutan sangat meriah. Makanan dan kue khas idul fitri disajikan pada kami rombongan remaja masjid.
Walau terkesan ada rasa malu-malu dari warga desa melihat kedatangan kami yang dianggap warga kota yang lebih maju, namun suasana keakraban dan persaudaraan diantara kami dan mereka sangat harmonis, walaupun diantara remaja masjid kebanyakan berbeda suku sebab kawan-kawan remaja masjid kebanyakan anak rantau yang sedang mengenyam pendidikan di UNPATI salah satu perguruan tinggi di Ambon. Saya Jawa, ada dari Buton, Bugis, Ternate, Makasar, Papua, Arab dan lain-lain dianggota remaja masjid tersebut.
Keberagaman, kepedulian dan toleransi saat Idul Fitri dikota Ambon Manise sebuah kejadian riil yang amat mengesankan dan patut untuk dicontoh serta diterapkan di seleuruh Indonesia sebagai wujud Indonesia yang heterogen namun dalam satu wadah NKRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H