" Hilal telah Tampak, Mana Perahu Ayah Bu ? " tanya seorang gadis kecil kepada ibunya sambil berdiri termenung disore hari saat tenggelamnya sinar matahari dan mulainya nampaknya secercah cahaya rembulan pertanda datangnya bulan baru yaitu bulan syawal. Munculnya hilal pertanda hari raya tak membuat Putri sigadis kecil bahagia sebagaimana teman-teman sebayanya satu kampung halaman. Berawal dari 7 hari yang lalu sirnanya sebuah harapan kebahagiaan.
" Hore hore.......hari raya kurang 7 hari lagi ......" teriak Putri dengan ceria sambil berlari ditepian pantai. Putri anak semata wayang dari seorang ibu dan ayah yang hidup dan mencari kehidupan ditepi pantai. Sang ayah seorang nelayan, sementara si ibu mengolah dan menjual ikan hasil pencarian suaminya dilaut.
" Putri ayo sini mandi hampir maghrib, tuh teman-teman dan pak ustadz udah menanti disurau .." Ibu memanggil Putri.
" Iya Bu, Yah kalau Putri qatam mengaji nanti dikasih hadiah apa ? " tanya Putri kepada ayahnya yang berada disamping Ibunya.
" Nanti kalau dapat ikan banyak, semua hasilnya buat kamu nak, jangan kawatir asal kamu puasa dan mengaji yang rajin .." jawab ayahnya sambil mengelus rambut Putri.
" Nah kamu berangkat mengaji, ayah juga berangkat untuk mencari ikan " kata sang ayah.
Putri sebelum berangkat kesurau mengantar ayahnya ditepi pantai hingga perahu nelayan yang ditumpanginya berada ditengah laut.
Hari demi hari dilalui Putri dan Ibu dengan penuh harapan si ayah pulang membawa ikan yang banyak dan dijual untuk membeli baju baru, membuat kue dan masakan yang enak sebagai hidangan dihari idul fitri nanti.
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, hingga tujuh hari namun si ayah belum ada kabar pulang dari cari ikan. Pagi, siang hingga sore hari Putri selalu pergi ketepi pantai depan rumahnya untuk melihat apakah perahu ayahnya sudah nampak. Sang Ibu juga merasa sedih dan kawatir suaminya sudah 7 hari koq belum pulang, padahal perahu-perahu tetangga yang berangkat pada hari yang sama sudah pulang sejak hari kemarin.
Putri dan Ibu duduk diatas batu memandang kearah laut tak terasa senja mulai tenggelam, hilal yang nampak sekejappun mulai tertelan gelapnya hingga terdengar suara gemuruh petasan, bedug dan suara takbir pertanda hari raya idul fitri telah tiba.
" Bu ayah koq ga pulang-pulang........" Putri sambil terisak tangis menanti ayahnya.
" Sabar nak, ayah pasti pulang, yuk kita pulang kerumah, tuh teman-teman kamu sudah takbir keliling " Ibu menggendong Putri pulang.
Malam itu Putri selalu tersimpuh dengan selembar sajadah menangis dan berdoa agar ayahnya cepat pulan karena esok sudah hari raya. Namun hingga pagi hari perahu sang ayah belum nampak juga. Putri dan Ibu akhirnya ikut melaksanakan sholat Idul Fitri ditanah lapang pojok kampung halaman tanpa disertai ayahnya. Disaat teman-temannya penuh keceriaan bersama ayah ibunya dengan baju baru, Putri lunglai sedih. Sehabis pulang sholat Putri dan Ibu kembali ketepi pantai menanti perahu ayahnya pulang dan bersandar. Namun hingga sore hari dimalam hari raya itu perahu sang ayah belum nampak juga.
Hikmah dari Cerita Fiksi karangan ambyar saya ini, Kita tidak tahu apakah nanti di tahun mendatang masih bisa menjumpai Ramadhan , terlebih disaat mengganasnya wabah covid 19. Akhir kata selamat hari raya idul fitri taqabbalallahu minna waminkum , apa bila dalam artikelku ada coretan yang kurang berkenan ijinkan mohon maaf lahir bathin.
#LebaranDirumahSaja agar tahun depan bisa ketemu ramadhan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H