Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Megengan dan Ruwah Desa

18 Mei 2020   03:33 Diperbarui: 18 Mei 2020   03:45 3367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tradisi menjelang bulan ramadan yang sering dan rutin diadakan didesa saya yaitu tradisi Ruwah desa/bersih desa dan tradisi megengan. Tradisi Megengan merupakan bentuk mendoakan keluarga dan nenek moyang yang sudah meninggal. 

Kata Megengan berasa dari Megeng, yang artinya menahan. Maksud dari tradisi ini adalah tradisi menjelang bulan Ramadhan yang mengharuskan kita menahan segala hawa nafsu. Megengan biasa dilakukan menjelang minggu terakhir bulan Sya'ban. Kue khas megengan adalah kue apem menurut sejarah turun temurun apem bermakna ampunan yang berasal dari bahasa arab.

Kue apem ini selalu ada dalam tradisi megengan menjelang bulan ramadan tiba. Upacara megengan biasanya diadakan di tempat yang dianggap keramat disebuah desa , dimasjid dan dibalai desa tergantung kebijakan perangkat dan sesepuh setempat.

Tradisi megengan selalu beriringan dengan tradisi Ruwah desa/bersih desa yang diadakan bulan "Ruwah" bulan setelah Rajab. Ruwah desa diadakan dengan tujuan untuk membersihkan desa dari tolak bala. Upacara adat ini diadakan di tempat keramat sebuah desa, dalam acara ini selalu ada pementasan kesenian tradisional yaitu ludruk atau wayang kulit. Biaya pelaksanaan upacara tersebut yang relatif besar terutama untuk pementasan wayang kulit atau ludruk yang mencapai puluhan juta diambil dari iuran para petani pemilik sawah (gogol) desa tersebut.

Untuk tahun ini tradisi ruwah desa ditiadakan, sehingga secara pribadi warga berdoa dan berziarah ke tempat keramat didesa yang biasanya disitu ada makam tokoh yang babat alas mendirikan desa tersebut.

Tak beda dengan tradisi ruwah desa yang ditiadakan tahun ini akibah wabah covid 19, tradisi megengan yang biasa diadakan tingkat satu desa dengan seluruh warga desa berkumpul dimasjid, tempat tertentu untuk kenduri juga ditiadakan. Sehingga yang ada tradisi megengan diadakan oleh antar tetangga terdekat, 5-6 KK untuk adakan kenduri dengan jumlah peserta yang minimal.

Ada pula yang merayakan megengan dengan mengantar berkat makanan dan apem ke sanak family atau tetangga terdekat tanpa mengadakan upacar kenduri megengan. Itulah dua tradisi yang rutin diadakan dikampung halamanku menjelang ramdan dengan tujuan agar saat menjalankan ibadah ramadan berjalan lancar tanpa gangguan apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun