Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mungkinkah Antivirus Corona Ada Dalam Tubuh Codot?

2 Februari 2020   23:51 Diperbarui: 3 Februari 2020   00:02 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Codot adalah sebutan Jawa untuk kelelawar buah yang diduga pembawa virus di Wuhan yang menghebohkan sebagaimana kutipan singkat berikut ini :

Masyarakat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi daging kelelawar maupun hewan liar lain menyusul wabah penyakit pernapasan, yang timbul akibat virus corona baru, ujar pengajar Institut Pertanian Bogor (IPB). Wabah yang telah menewaskan lebih dari 80 orang di China ini diduga pengamat China berasal dari kelelawar. ( Kompas.com )

Virus Corona ini menarik untuk dicermati, tak heran kalau muncul isu virus tersebut bentuk senjata biologis yang mematikan. Yang menarik dari virus ini adalah tak ada hewan kelalawar yang mati karena serangan virus ini.

Kita tengok kebelakang kemunculan Flue Burung disertai serangan hewan unggas mati mendadak secara frontal diberbagai negara termasuk Indonesia. Serangan flue burung mematikan ratusan ribu unggas yang notabene milik peternak, dari mulai burung merpati, burung puyuh, itik, ayam tak luput dari virus flue burung ini. Para peternakpun banyak mengalami kerugian yang dengan begitu mengurangi kondisi ekonomi mereka.

Setelah menyerang unggas barulah ada korban flue burung menyerang manusia.

Sama halnya dengan Flue Babi, virus flue babi menyerang babi itu sendiri. Sebagaimana kabar beberapa bulan yang lalu saat virus flue babi menyerang, banyak peternak babi di China mengalami kerugian dikarenakan babi-babi ternak mereka terserang virus flue babi.

Setelah menyerang babi barulah mewabah pada manusia.

Fenomena flue burung dan flue babi yang memakan korban pada hewan pembawa virus itu sendiri tidak/belum dijumpai pada kasus Virus Corona ini. Padahal dari berita media online ada kabar bahwa seorang peneliti menemukan virus Corona dalam tubuh kelawar di daerah Gorontalo.

Salah satu tim peneliti dari Universitas Negeri Gorontalo menemukan hewan endemik kelelawar di Desa Olibu, Kecamatan Paguyaman Pantai, Kabupaten Boalemo, Gorontalo positif mengandung virus corona.Penemuan virus corona pada hewan kelelawar ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Negeri Gorontalo, Ecohealth Organisasi, Feredrik Indonesia, Usaid dan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 hingga tahun 2013 silam. Dalam penelitian tersebut, tim peneliti mengambil 95 sample dari hewan kelelawar. ( kompas.tv )

Tidak adanya hewan kelelawar pembawa virus corona yang mati, dalam istilah kesehatan karena kelelawar mempunyai "Imunitas" Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen."

Fenomena tersebut menarik bagi saya untuk mengutip sebuah pesan/sabda Rasulullah saw : ""Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan, kemudian angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena pada satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat." (HR. Al Bukhari)

Dari pesan tersebut patut dicermati dan diteliti oleh pihak-pihak yang berkompeten untuk mengetahui obat antivirus Corona yang mematikan, bahwa obat antivirus Corona ada dalam tubuh pembawa virus tersebut yaitu "Kelelawar".

Sekedar telaah orang awam dibidang kesehatan semoga manfaat....


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun