Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Hamka Ulama Sastrawan

27 Mei 2019   00:53 Diperbarui: 27 Mei 2019   00:58 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sekarang kita masih melihat cara dakwah beberapa ulama melalui puisi seperti  KH. Mustofa Bisri atau disebut Gus Mus, Cak Nun atau Emha Ainun Najib yang berdakwah melalui syair-syair lagunya.

Pada masa dahulu ada sosok Tokoh Islam, Ulama yang berjuang dengan karya sastranya, beliau adalah HAMKA. Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah gelar Datuk Indomo, yang lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, 17 Februari 1908.

Dengan kemampuan berbahasa Arab dan keahliannya dalam menulis beliau menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat.  Diantara karya satranya yang membuat namanya mencuat dan populer  sebagai seorang sastrawan yaitu : "Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,"

Sebagai ulama, wartawan dan sastrawan HAMKA tak luput dalam perjuangan politik membawa aspirasi rakyat walaupun resiko hukum diterimanya. Karena kritiknya pada pemerintahan dimasa itu maka majalah terbitannya Pedoman Masyarakat dibredel.

Dalam memperjuangkan demokrasi,  HAMKA melalui tulisannya "Demokrasi Kita" berdampak pada tuduhan melakukan gerakan subversif membuat Hamka diciduk dari rumahnya ke tahanan Sukabumi pada  tahun 1964.  Namun demikian beliau tetap berjuang melalui karyanya dalam tahanan merampungkan Tafsir Al-Azhar  yang terkenal hingga sekarang dan banyak kita jumpai ditoko-toko buku. (disadur dari : wikipedia.org)

Sebagai seorang kompasianer kita dapat mengilhami dan mencontoh perjuangan beliau dalam menegakkan kebenaran tanpa harus memakai kekuatan otot namun dengan kekuatan pena melalui tulisan-tulisannya.

Kita dapat berdakwa, membagi ilmu dan menyebarkan kebaikan melalui artikel-artikel  dikompasiana sebagaimana HAMKA sang ulama yang satrawan. Keteguhan memegang prinsip , keberanian melawan ketidakadilan  dan tanggung jawab menerima resiko dari karya tulisnya seorang HAMKA memotivasi kita untuk melakukan hal yang sama.

Hikmah dari  mengenang sosok Tokoh HAMKA Ulama Sastrawan, untuk menegakkan kebenaran bisa dilakukan dengan mudah dengan menggoreskan tinta-tinta pena diatas kertas putih untuk dibaca publik. Kalau era jaman sekarang menekan keyboard dengan ujung jari jemari kita kedalam komputer untuk hasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi pembacanya.

Kalau HAMKA bisa menjadi seorang Ulama sekaligus Sastrawan, maka kita sebagai penulis bisa menjadi Kompasianer Ulama sekaligus Sastrawan sebab ada tanggung jawab sebagai seorang muslim untuk "sampaikan walau satu ayat".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun