Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Penantian Fitri, Lebaran Tak Pernah Berubah

23 Mei 2019   14:17 Diperbarui: 23 Mei 2019   14:38 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja namanya Fitri, bocah perempuan berusia sekitar usia 6 tahun yang masih duduk disekolah dasar. Sejak bayi telah ditinggalkan kedua orangtuanya dan saat ini tinggal disebuah panti asuhan.

Hari-hari dilaluinya sebagaimana anak-anak kecil seusianya, bermain, bercanda dan belajar untuk sekolahnya. Dibulan ramadan ini kegiatan bertambah disaat libur sekolah setiap sore bersama teman-teman sejawatnya ikut mengaji sambil menunggu saat berbuka puasa tiba.

Pihak pengasuh masjid mengadakan acara pesantren ramadan dibulan ini, Fitri pun dengan semangat dan cerianya ikut acara tersebut. Memasuki hari ke 18 sumbangan dari para demawan dan donatur mulai berdatangan, Fitri salah satu penerima sejumlah bingkisan dan uang untuk keperluan lebaran nanti.

Dengan senyum dan gembira Fitri menerima bingkisan tersebut, Horee beli baju baru..... seperti itu yang dirasakan Fitri setiap tahun jelang lebaran hingga usianya bertambah. Ditengah kegembiraannya menyambut lebaran ada satu kebahagiaan yang tak miliki sebagaimana teman-teman sejawatnya.

Disaat teman sejawatnya berbhagia ngabuburit, belanja baju baru bersama kedua orangtuanya, Fitri hanya terdiam terpaku memandangi dengan rasa ingin seperti mereka. Ingin rasanya bagi Fitri bercanda, tertawa dan memelas manja minta dibelaikan baju baru kepada orangtuanya. Ingin sekali bagi Fitri berangkat bersama-sama kedua orangtuanya menuju masjid atau tanah lapang untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri.

Fitri juga ingin sekali mencium kedua pipi ayah ibunya seraya mengucapkan

"Mohon Maaf Lahir Bathin, Minal Aidzin Wal Faidzin".

"Ayah Ibu Kapan mudik kerumah nenek?"

"Ibu opor ayam dan ketupatnya sudah matang yuk makan sama-sama".

Namun keinginan-keinginan tersebut hanya sebuah mimpi yang takkan pernah terwujud sebab kedua orangtuanya telah tiada.

Baju baru, sepatu baru, jilbab baru Fitri berubah setiap tahun saat lebaran namun satu yang tak berubah pada diri Fitri, merayakan lebaran tanpa kedua orangtuanya sebagaimana teman sejawatnya yang masih mempunyai orangtua.

Penantian Fitri lebaran yang tak pernah berubah dijalaninya bersama-sama teman senansib dipanti asuhan tersebut, entah sampai kapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun