Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Lho Ibu Budi, Ini Lho Bapak Budi

18 Juli 2016   02:03 Diperbarui: 18 Juli 2016   02:35 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat masuk Sekolah Dasar diberbagai daerah, pasti tak asing lagi dengan buku pelajaran membaca bahasa Indonesia “Ini Budi” yang dibuat dan dikarang oleh Siti Rahmani Rauf yang telah menghadap Illahi pada bulan Mei yang lalu. Adapun buku peraga belajar membaca tersebut salah satu isinya sebagai berikut :

Ini Budi, Ini Ibu budi, Ini Bapak Budi, Wati Kakak Budi..

Entah mengapa memakai tokoh Budi sebagai bahan ajarnya bukan pakai Paijo, Painem dan lain-lain, mungkin dari segi konsonan dan vokal “Budi” lebih familier dan mudah dihafal oleh anak-anak SD, sebuah penemuan yang bahan ajar yang tidak bisa dianggap sepele dari seorang wanita yang berjuang demi kecerdasan anak bangsa.

Dari kutipan kalimat ini Budi diatas ada sebuah tata urutan yang kalau jernih merupakan bentuk ungkapan betapa dekat dan mulianya seorang ibu pada anaknya, baik dalam menjaga, merawat dan mendidik anaknya. Pada halaman lain pelajaran membaca ini Budi akan ditemui kalimat seperti ini,

Ini Pak Guru, Ini Bu Guru

Bagi para murid yang berada disekolah pasti mengenal nama-nama satu persatu Bu Guru dan Bapak Guru. Akan tetapi bagi pihak Guru disekolah tidak mengetahui siapa Ibu Budi dan Siapa Bapak Budi ?

Program Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah yang dicanangkan menteri pendidikan nasional patut diparesiasi sebagai bentuk sinergi antara seoklah dan orangtua dalam proses pendidikan anaknya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, mengimbau seluruh orang tua untuk mengantarkan anak di hari pertama sekolah. Kenapa hal itu penting? Karena, di hari pertama sekolah, merupakan awal perjalanan panjang anak-anak di rumah keduanya.[sumber kutiban]

Kalau beberapa waktu lalu ada pemimpin daerah yang sempat menolak PNS antar anaknya, adapula yang ijinkan cuti, ada juga yang bilang tidak perlu cuti karena masuk sekolah lebih pagi daripada masuk kerja para PNS.

Ada satu persoalan yang tidak diperhitungkan dalam gerakan ini yaitu :

Ibu Budi dan Bapak Budi antar Budi kesekolah, siapa yang antar Wati kakak Budi ?

Ibu Budi antar Budi, Bapak Budi antar Wati, siapa yang antar adik Budi ?

Pertanyaan sepele namun pada kenyataannya hal tersebut bisa terjadi, karena jumlah anak sekolah dalam satu keluarga bukan hanya si Budi saja, ada Wati kakak Budi, dan ada pula adik Budi dengan tingkat pendidikan berbeda-beda, ada yang masuk TK, ada masuk SD, ada yang masuk SMP. Padahal hari pertama masuk sekolah dari berbagai tingkatan sama senin 18 Juli 2016.

Disisi lain ada anjuran mendiknas agar perploncoan ala MOS (Masa Orientasi Sekolah) dihentikan dengan menyerahkan sepenuhnya MOS dikelola oleh pihak pendidik bukan oleh siswa senior yang cenderung dijadikan ajang balas dendam yang terkadang membawa korban.

Seminggu MOS adalah waktu yang tepat digunakan untuk mendekatkan pihak sekolah dengan Ibu dan Bapak Budi, dengan mengundang mereka untuk hadir satu, dua hari masa MOS. Dimana setiap tingkatan sekolah disebuah daerah koordinasi penjadwalan, sehingga orangtua tua yang mempunyai anak sekolah lebih dari satu dapat hadir kesekolah masing-masing anaknya.

Gerakan mengantar anak di Hari Pertama Sekolah, bukan hanya dipintu gerbang semata namun ditindak lanjuti dengan komunikasi masing-masing penuh kekeluargaan sehingga pihak sekolah mengetahui,

 Ini lho Ibu Budi, Ini lho Bapak Budi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun