Jeroan adalah bagian dalam atau organ dalam pada hewan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan, hati, limpa, jantung, babat, usus dan lain-lain. Di kenallah berbagai macam menu masakan berbahan jeroan semacam soto babat, sambel goreng ati, dan lain-lain. Berkat kreativitas jeroan tersebut dapat diolah walupun bagi para pedagang sapi atau para jagal penjual daging sapi harga jeroan jauh lebih murah dibanding harga daging.
Bahkan dinegeri luar jeroan tidak diolah untuk makanan manusia namun digunakan untuk makanan hewan. Karena rendahnya martabat jeroan tersebut pada awal tahun 2015 dua menteri komitmen seperti kutipan berikut :
Rachmat Gobel juga mengungkapkan keinginannya menghentikan impor jeroan dari Australia. Menurut dia, impor jeroan itu sangat melukai harkat martabat sebagai bangsa Indonesia. "Kalau jeroan impor dari luar negeri malu nggak? Sementara di Australia, jeroan untuk binatang, dan itu bebas. Kita makan coba, di mana martabat bangsa coba?" kata dia. [sumber kutiban]
Pemerintah akan menutup keran impor jeroan daging. Menteri Pertanian Amran Sulaiman beralasan, di luar negeri, jeroan bukan untuk makanan manusia.
"Jeroan kita impor. Itu makanan anjing-kucing di sana (luar negeri). Langsung saya tutup impornya," ujar Amran di Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (26/1/2015).
Amran menegaskan, jika Indonesia ingin dihargai, sebaiknya negara lain jangan mengekspor daging jeroan ke Tanah Air. Dengan penutupan jalur impor jeroan, Amran ingin Indonesia dihormati dan sejajar dengan bangsa lain.
"Saya ingin republik dihargai bangsa lain," ungkap Amran.
Dia memaparkan, impor saat ini memang masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan daging sapi. Namun, untuk jeroan, hal itu sudah tidak diperlukan lagi.
Meski berisiko mendapat kecaman dari negara lain, Amran tetap tidak ingin mengimpor jeroan lagi. "Kita diserang juga enggak apa-apa. Apa pun saya lakukan untuk RI," papar Amran.[sumber kutiban]
Saking hinanya jeroan hingga dua menteri komitmen hentikan import jeroan demi menjaga harga diri dan martabat bangsa Indonesia agar tak ingin rakyatnya mengkonsumsi jeroan yang notabene makanan anjing dan kucing menurut mereka.
Padahal kalau mau blusukan kepedagang kaki lima walaupun import belum ada mereka telah memanfaatkan jeroan sebagai bahan menu makanan berneka macam dari mulai yang diolah sekedar oseng-oseng hingga yang berkuah seperti soto, gulai bahkan sate madura tanpa disertai seiris hati yang juga jeroan rasanya kurang makyus.
Jeroan yang dianggap hina oleh kedua menteri tersebut, merupakan salah satu menu masakan yang disukai masyarakat karena kreativitasnya menciptakan makanan baru yang patut diapresiasi.
Mungkin karena pak menteri sudah merasakan enaknya soto babad, hingga pandangannya pada jeroan berubah drastis 180 derajat, jeroan yang diangap hina dibuka lebar-lebar untuk diimport, menteri menyetujui import makanan anjing dan kucing,
Dalam upaya menekan harga daging sapi di dalam negeri, pemerintah melalui Kementerian Pertanian membuka impor jeroan dan daging sapi jenis secondary cut."Regulasi kita ubah, Isya Allah mudah-mudahan hari ini kita tanda tangan. Khususnya secondary cut kami buka, jeroan kami buka, asal negara yang penting bebas PMK," ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (12/7/2016).
Amran menuturkan, dengan adanya pergantian regulasi lama menjadi yang baru maka akan membuka jalan bagi perusahaan swasta untuk impor jeroan dan daging jenis secondary cut.
"Insya Allah, drafnya masih ada diubah sedikit. Hal yang masih dalam perubahan draf seperti secondary cut bisa di impor oleh siapa saja, begitu juga jeroan," jelasnya [sumber kutipan]