Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi yg Ikhlash

1 Januari 2014   19:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap akhir tahun sejak dimulainya tanggal 25 Desember selalu dirayakan hari raya Natal umat Kristiani dalam memperingati kelahiran Sang Juru Selamat. Setelah natalan berlanjut hingga ke akhir tahun yaitu 31 Desember pukul 00.00 WIB, diperingati pergantian tahun.

Saya tidak berpolemik tentang pro kontra ucapan pada hari raya natal tersebut apakah haram atau tidak, karena saya melihatnya natalan adalah sebuah budaya, tak berbeda jauh sebagaimana budaya-budaya yang ada di negeri ini.

Mungkin yang menarik untuk dicermati dan dikritisi adalah maraknya ucapan Selamat Hari Raya Natal diberbagai media atau poster spanduk yang dipajang ditepi-tepi jalan yang tahun ini amat ramai berbeda sekali dengan tahun-tahun yang lalu.

Tentu ada pertanyaan ada apa, kenapa koq ramai ? jawabnya Karena natal dan tahun baru 2013 mendekati pemilu 2014. Moment hari raya umat tertentu merupakan moment tepat untuk mengenalkan diri bagi caleg, mengenalkan partai bagi partai dengan mengucapkan selamat pada umat yang sedang berhari raya.

Dengan ucapan tersebut caleg dan partai politik dianggap sebagai yang peduli dan toleran pada kerukunan beragama, dengan harapan lain agar mereka memilih dirinya dan partainya. Syah-syah saja ucapan selamat hari raya tersebut untuk emrih keuntungan, sebagaimana toko, produsen produk tertentu mengucapkan selamat hari raya agar pelanggannya tetap setia.

Akan tetapi sebagai anak bangsa, saya melihat dan mempertanyakan keikhlasan hati mereka untuk mengucapkan kalimat tersebut. Ini dapat kita baca diberbagai spanduk atau iklan ucapan selamat politisi partai yang kebanyakan berbnunyi :

Selamat merayakan hari raya ......, saya ketua partai....

Atau menambahkan gambar dan logo partai pada ucapan tersebut.

Toleransi yang tidak ikhlash yang ada, padahal sebuah toleransi akan abadi hakiki apabila dilakukan secara ikhlash, bukan demi kursi, bukan karena aturan, keterpaksaan, ikut-ikutan dan lain-lain, ketika keinginan tercapai maka toleransi tersebut cenderung akan dilupakan.

Toleransi yang ikhlash inilah yang sangat dibutuhkan negeri ini dalam menjaga kesatuan dan kesatuan.

Semoga toleransi yang diperlihatkan para politisi yang marak saat ini benar-benar ikhlash agar keilkhlasan tersebut menular ketika mereka duduk dikursi mengabdi untuk rakyat yang memilihnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun