[caption caption="Bung Hilman Fajrian memberikan materi "How To Be A Key Opinion Leader"]
Itu baru hari pertama, dihari kedua Bung Hilman Fajrian, Digital Director di www.soclab.co , yang pernah mengguncang Indonesia dengan #savesepinggan-nya, makin membuka mata kami tentang dunia digital. Disana kami diajarkan menjadi Rock Star, tapi juga disuruh berhati-hati karena It’s A Jungle Over There.
[caption caption="Mas Fikria Hidayat memberikan materi "Photoblogging & Videoblogging""]
EDFAT, ada yang tahu istilah ini ? Mas Fikria Hidayat, fotografer Kompas.com, mengajarkan kami agar konten tulisan bisa lebih berbicara, memiliki emosi, serta lebih bernilai berita sebaiknya dilengkapi dengan foto atau video. Nah metode EDFAT tersebut sangat bagus diterapkan dalam pengambilan foto.
[caption caption="Bang Gapey Sandy sedang melakukan mentoring penulisan Opini & Feature"]
Satu lagi kerennya pembelajaran ini adalah, setelah dua hari kita diberikan banyak teori, di hari ketiga kita langsung diminta praktek. Tugas pertama adalah membuat feature dan opini tentang PLN. Itupun masih diberikan pendampingan, kebetulan kelompok saya didampingi oleh Bang Gapey Sandy, Kompasianer Repoter Terbaik 2015, serta salah satu blogger yang beruntung bisa menemani Presiden Jokowi pada saat kunjungan kerja ke Kupang NTT. Beliaulah yang membidani lahirnya dua tulisan awal saya di Kompasiana, “Saatnya PLN Rangkul Netizen” dan “Karyawan PLN Bukan Superman”.
Kegiatan di hari keempat tidak kalah serunya, kami ditugaskan turun ke lapangan untuk membuat foto essay. Rencana awal saya berniat untuk membuat foto essay tentang Kantor Kompasiana yang menurut saya sangat menarik, berwarna dan sangat berbeda dengan kantor baru saya yang masih berkesan kuno dan kaku. Tetapi mentor saya hari itu, Mas Fikria Hidayat menugaskan kelompok kami untuk mengulas tokoh, “biar dapat emosinya” kata beliau waktu itu. Karena kebetulan hari itu bertepatan dengan Hari Kartini, maka lahirlah tulisan saya yang ketiga di Kompasiana “Kartini Itu Bernama Tiara” dan benar-benar dapat emosinya karena Tiara, tokoh di tulisan saya itu menjadi bahan guyonan di grup whatsapp tempatnya bekerja. Maaf Tiara, kakak khilaf.
Secara pribadi banyak manfaat yang saya dapat dari empat hari di Akademi Menulis Kompasiana – PLN ini. Salah satunya adalah pemilihan media yang tepat untuk menulis. Di blog pribadi yang saya sebutkan diatas, yang diisi tulisan dari tahun 2010 – 2013 hanya ada delapan tulisan dan dibaca 664 kali. Sedangkan sekarang dalam seminggu menjadi Kompasianer saya sudah menghasilkan empat tulisan dan dibaca lebih dari 600 kali. Sungguh lompatan yang amat jauh bagi saya.
Teringat dengan sebuah kalimat dari John Terry, full back klub sepakbola FC Chelsea, “Saya telah berkesempatan bermain bersama pemain-pemain hebat dan dilatih oleh beberapa pelatih yang luar biasa. Bila nanti saya tidak bisa menjadi pelatih yang hebat, tentu ada yang salah pada diri saya.” Kalimat tersebut menjadi motivasi bagi saya, seminggu ini saya sudah dilatih oleh mentor-mentor yang luar biasa serta bekerja sama dengan rekan-rekan yang hebat. Maka saya pun harus berubah dari si penulis moody menjadi si penulis produktif dan berguna bagi diri sendiri serta perusahaan yang saya cintai.
*) Foto dokumen Humas PLN