Mohon tunggu...
Opi Pramestia Agustina
Opi Pramestia Agustina Mohon Tunggu... Penulis - Writer, digital marketing enthusiast, books.

Something new always excite me.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Arina

23 November 2021   09:00 Diperbarui: 23 November 2021   09:01 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini berkisar tentang anak muda dengan sejuta mimpinya, namun entah mau dibawa ke mana. Adakah yang merasakan juga? Untuk kamu di luar sana yang merasakan hal yang sama, perkenalkan, saya Arina. Tidak penting apakah kamu mengenaliku atau tidak. Tapi kamu tahu tidak? Kita semua terhubung. Secara sadar atau tidak.

Mungkin kamu tidak paham saat ini, tetapi kamu akan paham nanti. Tanpa aku jelaskan panjang lebar, karena yang kamu butuhkan hanya merasakan.

Bahasaku terdengar berat. Tapi ada yang lebih berat dari ini. Memahami kode-kode alam semesta.

Aku kadang lupa, betapa luasnya bumi ini. Namun, kenapa pikiranku seolah-olah memenjarakan aku?

Aku mencoba untuk berpikir di luar batas nyamanku. Rasa menakutkan, sekaligus membanggakan.

Aku suka tantangan. Suka melawan arus kehidupan yang tak sesuai dengan diriku.

Kenapa, ya? Aku masih muda tapi banyak merenungnya. Aku masih punya cukup waktu untuk membuat sesuatu. Sesuatu yang dari lama aku impikan. Impianku sesederhana kehidupanku. Tapi tidak sesempit penjara pikiranku yang ingin ku lepas.

Mental blocks, duh! Permasalahanku bisa setiap saat muncul kalau aku menghindari hal yang tak ku inginkan. Aku akan marah, sedih, takut, atas apapun yang terlihat tidak sesuai denganku.

Aku sadar akan hal ini. Tapi aku bingung memulainya dari mana. Aku hadapi, tapi perasaanku yang menjadi korban. Atau… aku tinggalkan & terasa aman. Namun, akan menghantui selama aku hidup.

Luka itu pasti.

Sepertinya sudah terakumulasi sejak aku hidup di dunia ini.

Luka itu perlu dihadapi dan disembuhkan, ya?

Rasanya tidak nyaman. Sama sekali.

Tetapi aku pernah beberapa kali menyembuhkan luka lama.

Rasanya… Sungguh ajaib!

Jujur ku akui, aku mengikutsertakan Tuhan agar aku bisa didampingi, diperkuat.

Hasil penyembuhan berdampak ke kehidupanku saat ini.

Percayalah…

Aku pernah menganggap diri sendiri lemah, takut tidak punya arah, dan membatasi diriku.

Yang aku dapatkan dari realitas kehidupan, kebanyakan membuatku sakit, jatuh.

Namun, perlahan aku kembali ke diriku sendiri. Duduk, berbicara sendiri, menyerukan impian, ide, apapun yang bisa aku pikirkan untuk kebaikan diriku.

Aku kembali…

Itu yang aku katakan.

Lama mencari ke luar. Selalu kecewa dengan ekspektasi. Aku lalu belajar, bagaimana caranya agar tidak sakit lagi?

Oh diriku… seandainya kamu tidak pernah salah, kamu mungkin akan berjalan hanya di satu tempat. Mungkin tidak bertumbuh atau kamu sudah nyaman dengan keadaanmu.

Aku sadar. Aku seorang manusia. Tidak apa-apa. Aku ingatkan untuk ambil setiap pelajaran yang aku dapatkan di hidup. Lalu jadi pribadi yang lebih baik. Yang penting aku bergerak. Aku tak memaksakan kehendak, situasi, orang-orang.

Apa artinya punya arah yang tetap? Toh, kehidupan ini tidak pasti. Yang bisa ku lakukan adalah tidak berhenti. Melakukan sebaik yang aku bisa. Aku sudah sembuh. Namun masih ada sembuh-sembuh lainnya yang akan datang menghampiri. Belum berhenti, sampai datang waktunya.

Aku percaya, aku bisa membuat hidupku berharga, aku butuh diriku yang menghargai dirinya sendiri. Hey, aku tidak ingin hanya mementingkan diri. Tidak, bukan begitu. 

Aku hanya ingin lebih mengenal, memperdalam diriku, supaya hal di luar diriku bisa ku mengerti, tidak lagi aku bertanya mengapa begini, begitu, harus begini, begitu. Kita punya hak masing-masing untuk hidup seperti apa. Yang penting saling menghargai.

Aku bahkan percaya kita tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Manusia. Jadi, tanpa adanya kerja sama ini kita bukan apa-apa.

Aku masuk lagi ke dalam diriku, ya. Sampai jumpa dengan pelajaran-pelajaran hidup lainnya. Semoga kita semakin bijak dalam bersikap. Tidak perlu sempurna, dunia ini tidak diciptakan untuk menjadi sempurna. Ambil langkahmu, keputusanmu, hidupmu.

Perjumpaan kita, singkat tapi bermakna.

Duh, sudah dulu ya, aku kehabisan waktu.

Selamat menjalani hidupmu.

Arina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun