Dunia maya, sedang dihebohkan oleh isi ceramah seorang pendakwah bernama ustad Zainal Abidin Lc. ustad yang satu ini memang agak lain dari yang lainnya, jika kebanyakan penceramah agama membahas tafsir Al-Quran untuk topik ceramahnya. Zainal Abidin malah menggelar pengajian dengan melakukan tafsir terhadap syair lagu anak-anak.Â
Ketika anda, mengikuti isi kajian tafsir ustad Zainal Arifin yang tersebar di youtube. tentu saja sehabis mendengar pengajian ini kepala anda akan berkerut, uban bertambah, jenggot memanjang dan celana naik keatas. Itu adalah reaksi standar ketika anda mendengar paparan keren dari ustad Zainal Abidin, sayangnya hanya dua lagu anak-anak yang dikuliti oleh Zainal Abidin. Padahal kalau kita mau telusuri dengan menggunakan logika Zainal, masih banyak lagu-lagu lain yang berpotensi menjauhkan anak-anak dari agama.Â
Anda bisa coba, dengarkan lagu "Lihat kebunku, penuh dengan bunga" bayangkan sedari kecil anak-anak sudah diajarkan mencintai bunga. Apakah mereka tidak sadar bahwa bunga adalah riba, dan riba haram hukumnya. Masih ada satu lagu lagi, yang bisa di indikasikan mengajarkan anak-anak membenci poligami, ini misalnya ada dalam syair lagu "Ibu kita Kartini," masalahnya pada lagu tersebut nama ibu yang disebutkan hanya Kartini saja. ibunya cuma satu, kenapa tidak di nyanyikan misalnya, ibu kita Kartini dan Ardila, dan Nieke, dan Charolina?Â
Lagu ini jelas-jelas mengajarkan anak-anak untuk membenci poligami sejak kecil, bahkan ada lagu yang paling merusak akhlak anak-anak Indonesia. Syairnya berbunyi, "Diobok-obok airnya diobok-obok ada ikannya kecil-kecil pada mabok" lagu ini mengajarkan ikan-ikan meskipun masih kecil, untuk suka mabok, tidak dijelaskan secara pasti, apakah ikan tersebut mabuk darat, mabuk laut atau mabuk udara. Sementara sampai akhir lagu tersebut, tidak juga disampaikan bagaimana mengurangi dampak ikan mabok dengan meminum antimo.Â
Terakhir, mari kita dengar bersama lagu yang dipopulerkan oleh Tasya Kamila beberapa waktu lalu. judulnya "Aku adalah anak gembala" jelas saja, lagu ini menjaukan anak-anak dari agama sebab masih kecil anak-anak sudah diajarkan menjadi anak gembala, bukannya menjadi anak sholeh dan sholehah. Kecurigaan pada syair lagu anak-anak ini sebagai upaya kristenisasi, rupanya juga mengherankan umat Kristen itu sendiri.Â
Selama ini, mereka sendiri tidak pernah sanggup berpikir seperti lelaki yang punya kegemaran keramas jenggot ini. kemampuan Zainal sebagai ahli tafsir lagu anak-anak, perlu mendapat apresiasi dari UNICEF dengan menganugerahkan sebuah medali perunggu. Para Jemaah Zainal Abidin tentu saja hanya sanggup manggut-manggut mendengar ceramah yang mencerahkan itu. Mungkin saja, Jemaah yang cocok mendengarkan ceramah model Zainal Abidin ini adalah orang-orang yang perilaku sehari-harinya mirip acara Indosiar. Pagi sinetron azab, Siang azab, Sore azab, saat Malam dangdutan.
*Sidik Awaludin/Mahasiswa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H