Banyak orang yang tidak sadar dengan bahaya Tsunami resesi ekonomi, yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 selama tiga bulan terakhir ini. Mulai dari pemutusan hubungan kerja, mahalnya harga barang-barang kesehatan serta langkanya APD untuk medis, bahkan sampai kepada pelemahan pertumbuhan ekonomi negara tahun ini.Â
Keresahan yang dialami oleh para pekerja informal dan para pengusaha saat ini rupanya didengar sampai ke telinga Jokowi, mereka menyerukan tsunami resesi ekonomi sudah terlihat di depan muka dan hanya mampu bertahan tiga bulan saja, jika ini terus dibiarkan begitu saja, bukan tidak mungkin hal terburuk yang tidak kita inginkan akan terjadi.Â
Sejak awal memang Jokowi berkomitmen untuk tidak menghentikan roda perekonomian di masa pandemi ini, bukan karena tidak mengindahkan efek domino dari Covid-19 ini. Tetapi pemerintah hanya memberikan sedikit kelonggaran, agar orang-orang yang menggantungkan pendapatan dari 11 sektor usaha yang di izinkan pemerintah untuk tetap beroperasi ini, dapat bertahan hidup di saat-saat pandemi sekarang ini. Tentunya dengan menerapkan arahan protocol kesehatan yang dianjurkan oleh Kementrian Kesehatan secara ketat di masing-masing sektor usaha yang diberikan izin untuk tetap beroperasi.Â
Setahap demi setahap mesin roda perekonomian mulai dihidupkan kembali oleh Jokowi, hal ini terlihat dengan kedatangannya di Stasiun MRT dan Mall Summarecon Bekasi dalam rangka meninjau persiapan prosedur normal baru. Kunjungan ini sebenarnya bisa kita baca sebagai kelanjutan dari pernyataan beliau pada 15 Mei 2020, yang pada intinya mengatakan "Presiden berharap masyarakat bisa tetap produktif sehingga ekonomi tidak terpuruk terus, tapi sekaligus tetap aman dari penyebaran Covid-19 ini."Â
Momen itu jika dibaca dan diamati, merupakan pilihan kebijakan yang akan diambil pemerintah dalam beberapa pekan kedepan yaitu dengan menerapkan program new normal atau tatanan hidup baru, yang akan menggantikan program pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Program kebijakan baru ini rencananya akan diterapkan bagi daerah-daerah yang tingkat angka kasus positifnya menurun atau termasuk dalam zona hijau (aman), tujuannya agar sendi perekonomian yang menjadi penopang terbesar negeri ini seperti UMKM bisa bergerak kembali.Â
Skenario tatanan hidup baru (new normal) ini, sebetulnya tidak asing karena banyak negara di dunia sudah menerapkan skenario ini dalam penanggulangan pandemic Covid-19. Termasuk Indonesia salah satu negara yang akan menerapkan skenario tatanan hidup baru, dengan dikeluarkannya skenario ini bukan berarti kebijakan PSBB yang sebelumnya sudah diterapkan akan ditinggalkan. Kebijakan PSBB dinilai bisa menyelamatkan jutaan nyawa dari kejamnya bahayanya virus corona, tapi kita juga tidak ingin pandemi Covid-19 ini merenggut lebih banyak nyawa lagi karena orang-orang meninggal kelaparan.Â
Pemerintah ingin agar kesehatan terjamin dan ekonomi tetap berjalan juga, tatanan hidup baru bukan berarti kita kembali ke kondisi normal seperti dulu. Kita harus tetap waspada, kita harus tetap produktif, dan aman. Jangan kita menjadi lengah dengan kembali dibukanya tempat-tempat umum, disiplin dalam melakukan pembatasan sosial dan protocol kesehatan harus menjadi kebiasaan baru kita. Sementara roda perekonomian kembali berjalan, kita Bersama-sama saling melindungi dan berjuang menjaga kesehatan.Â
Tentu kita semua menaruh harapan besar dan selalu berfikir optimis kedepan, dengan melihat kebijakan-kebijakan baru yang dibuat pemerintah tentu hal ini tidak dapat diterima dengan mudah, walaupun banyak menuai pro dan kontra di tengah masyarakat. Kita yakini bersama, bahwa pemerintah pasti akan mengupayakan hal yang terbaik dalam mempersiapkan setiap program kebijakan baru yang akan diterapkannya serta selalu mengedepankan kemaslahatan banyak orang.Â
*Sidik Awaludin/Mahasiswa   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H