Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Opini Amatir
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

| Public Relations | Melihat sudut pandang suatu peristiwa, menganalisa dan menulis |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sunda Empire dan Harta Karun Soekarno

11 Juni 2020   20:09 Diperbarui: 11 Juni 2020   20:13 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak lama berita harta karun Soekarno ini jadi bahan pembicaraan masyarakat, terutama yang gemar hal-hal mistis dan misteri. Disebut-sebut bung karno punya dana revolusi yang jumlahnya belasan ribu triliun rupiah di Swiss, berbentuk dokumentasi surat dan batangan emas.

Para pimpinan keraton dan Yayasan itu selalu mengaku kalau mereka mendapat amanat untuk mencairkan harta karun itu. 

Mereka biasanya menunjukkan fotokopi dokumen untuk penguat kalau mereka memang ditunjuk sebagai ahli waris Soekarno, kadang ditambah dengan mereka membawa-bawa batangan emas yang ada capnya, padahal itu jelas sepuhan saja. 

Ada yang percaya? Banyak! Contoh kasus Yamisa di tahun 2002-an, pengikutnya puluhan ribu orang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. 

Mereka ramai-ramai mendaftarkan jadi anggota Yamisa, dengan membayar 6 juta rupiah per orang, kalau sudah terdaftar mereka akan jadi kader yang punya hak membagikan hart aitu ke seluruh masyarakat. 

Gaji mereka sendiri dijanjikan ratusan juta rupiah per bulan, bayangkan, siapa yang gak ijo matanya mau dikasih gaji ratusan juta rupiah per bulan hanya ongkang-ongkang doang? 

Jadi pantas yang ketipu itu bukan hanya rakyat biasa, tapi juga mereka yang bergelar professor sampai aparat dan pejabat sekalian. 

Ketika pimpinan Yamisa ditangkap karena penipuan, banyak anggota Yamisa yang marah mereka bukannya merasa ketipu malah menyalahkan aparat yang dianggap sebagai biang keladi tidak cairnya harta Soekarno ini, berkembang sesuai zaman dan punya fans.

Mereka mungkin punya gelar dan jabatan, tapi tidak punya karir cemerlang dan pengen pensiun dengan senang. Sunda empire juga begitu, mereka menyuruh anggotanya membayar 350 ribu rupiah per anggota, sedangkan keraton sejagat menyuruh anggotanya bayar 3 juta rupiah untuk ganti seragam dan lain-lainnya. 

Sementara ini yayasan dana amalillah-lah yang paling sedikit mengutip dana, cuman 20 ribu rupiah per anggota. Kegilaan harta karun Soekarno ini dalam jejaknya ternyata juga pernah menimpa pejabat negara, ingat? 

Tahun 2013 lalu, seorang Menteri agama di era Megawati, membongkar tanah di batutulis bogor, dia meyakini bahwa di bawah tanah itu ada batangan emas harta peninggalan Soekarno. "lumayan, untuk lunasi hutang negara," katanya, gila lagi, kan? 

Masalah harta Soekarno itu tidak akan pernah habis, cerita mistisnya terus dipelihara sebagai bumbu cerita bahwa negeri ini pernah jaya dan buat yang punya naluri menipu, bisa dijadikan tambang uang untuk mengeruk uang dari para pemalas, penganggur dan mereka yang patah arang dengan semua masalah di dunianya. 

Harta karun Soekarno dengan nama dana revolusi, dana abadi umat, dan dana-dana lain ini memang jadi dongeng pengantar tidur yang indah. Herannya, tidak ada yang mau memburu harta Soeharto yang kabarnya juga dilarikan ke banyak negara dalam bentuk surat berharga.

Jokowi pernah menyebut ada Rp. 7000 triliun uang koruptor yang diparkir di luar negeri, Prabowo malah waktu kampanye bilang, ada RP. 11.000 triliun rupiah banyak, kan? 

Mungkin kelak nanti ada kerajaan Thanos Empire, memburu harta karun Thanos yang disimpan di belahan bumi lain dan jika dibagi-bagikan akan membuat seluruh masyarakat Indonesia sejahtera tanpa bekerja. 

Kadang kalau gila itu jangan nanggung sekalian aja jadikan Lucinta Luna sebagai ratu sejagat penguasa alam semesta yang takkan terkalahkan!

*Sidik Awaludin/Mahasiswa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun