Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Opini Amatir
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

| Public Relations | Melihat sudut pandang suatu peristiwa, menganalisa dan menulis |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pesawat Boleh Terbang, Jokowi Plin-Plan?

10 Juni 2020   15:08 Diperbarui: 10 Juni 2020   15:54 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, bisnis penerbangan mulai dibuka lagi sesudah Garuda, sekarang Citilink dan Lion Group yang terdiri dari Lion Air dan Batik Air juga sudah mulai terbang. Tetap saja prosedur penumpang yang dilayani ketat sekali, calon penumpang harus punya alasan kuat untuk bisa terbang karena kalau hanya mau mudik tentu mereka tidak diperbolehkan. 

Syarat-syaratnya harus bawa surat pengantar dari dinas atau perusahaannya dan harus negatif corona dengan membawa hasil rapid test dan nanti di bandara, calon penumpang juga akan diperiksa oleh dokter, apakah boleh terbang atau tidak. 

Saya sendiri sejak jam 2 pagi sudah antri di bandara untuk terbang meski pesawat baru take off jam 6 pagi, yang lama itu proses screeningnya harus antri panjang makannya ada pemberitahuan calon penumpang harus datang jam 4 pagi di bandara sebelum mulai terbang. Ada seorang teman yang protes, "kok bandara sekarang dibuka lagi, sih? Katanya semua transportasi publik ditutup waktu corona, orang juga tidak boleh keluar kota, Jokowi kok plin-plan?" buat saya ini sebenarnya bukan plin-plan, karena sejak awal Jokowi komitmen tidak ingin ekonomi kita hancur karena wabah. 

Bisnis pesawat adalah bisnis padat karya atau mempekerjakan banyak orang, sebagai contoh Garuda Group saja mempekerjakan 20 ribu orang karyawan, Lion Group ada 23 ribu karyawan dan dua maskapai inilah yang mendominasi udara di Indonesia. 

Juga ini bisnis padat modal karena untuk membeli dan mengoperasikan pesawat butuh sampai ratusan triliun rupiah, bayangkan jika mereka tidak terbang dan bangkrut hampir 50 ribu orang akan di PHK dan kalau kedua maskapai besar ini bangkrut, maka jalur transportasi udara kita akan mati. 

Kalau itu terjadi, ekonomi Indonesia juga akan mati karena bentuk negara kita adalah kepulauan. Pesawat terbang menjadi transportasi utama sekarang ini Ketika Garuda dan Lion Group bangkrut, belum tentu ada investor yang mau masuk ke bisnis ini, kenapa? Ya karena padat modal dan padat karya itu bagi banyak investor bisnis pesawat terbang bukanlah bisnis yang menarik untuk mereka investasi, mending mereka investasi di perusahaan tambang misalnya, karena itu pemerintah lewat Menteri Perhubungan menjaga betul supaya kedua maskapai raksasa ini tetap beroperasi tentu tetap dengan diawasi di masa pandemi ini.

Nah, apa yang dilakukan Menteri Perhubungan berbenturan dengan apa yang dilakukan Menteri Kesehatan. Kementrian Kesehatan juga gugus tugas, punya tugas menahan virus tidak menyebar dan salah satu tempat penyebaran virus ya di bandara, karena disana banyak orang berkumpul, benturan kepentingan antara Kesehatan dan Ekonomi inilah yang menjadikan keputusan seperti plin-plan. Padahal, pemerintah sedang mencari cara terbaik bagaimana bisnis transportasi tetap berjalan dan penyebaran virus tetap bisa dihambat tidak bisa seenaknya ambil keputusan, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak. 

Jangankan di Indonesia di luar negeri pun juga begitu, Singapura juga mulai membuka kembali jalur penerbangannya begitu juga Arab Saudi yang diawal pandemi menutup negaranya. Mereka juga tidak tahan kalau terus-menerus menutup diri ekonomi negara mereka bisa hancur lebur, ada beberapa maskapai raksasa yang sudah mulai minta pertolongan kalau tidak mereka bisa tenggelam. Mulai Virgin Airlines di Australia dan Airasia di Malaysia, sudah megap-megap nafasnya karena tidak ada penumpang selama beberapa bulan. 

Bahkan di Amerika sendiri, Donald Trump sudah menyerukan bail out atau menyelamatkan keuangan maskapai-maskapai penerbangan di negara mereka. Kalau tidak Amerika bisa tidak punya armada pesawat lagi dan kalau itu terjadi ekonomi mereka rontok habis-habisan, padahal Amerika sendiri sedang resesi berat, ada 33 juta orang yang di PHK disana karena wabah corona. Jadi belajar dari masalah negara-negara luar, Jokowi sangat hati-hati mengambil keputusan karena salah perhitungan dampak dominonya sangat besar. 

Bukan industri pesawat terbang saja yang ingin diselamatkan, juga transportasi darat seperti Kereta Api, Bus-bus antar kota, juga industri perkapalan. Kalau ditotal-total, semua industri transportasi publik itu mempekerjakan jutaan orang, bayangkan, kalau semua terpaksa di PHK hanya karena tidak boleh beroperasi. Corona ini memang berbahaya, tapi juga jangan membuat kita terlena karena di balik gempa corona ada tsunami resesi ekonomi yang mengintip kita, setahap demi setahap transportasi publik itu harus dibuka supaya arus ekonomi lancar kembali. 

Jokowi juga sudah memberikan kode sebenarnya ia mengatakan, "berdamailah dengan corona" maksud berdamai itu tentu kita mau tidak mau harus hidup berdampingan dengan virus itu, karena kalau menunggu virus itu selesai itu butuh waktu tahunan dan kita tidak akan tahan, karena bahayanya jauh lebih mengancam. Ya samalah seperti virus kadrun di negeri ini meski banyak dari kita yang tidak suka, tapi lama-lama kita harus terbiasa hidup berdampingan dengan mereka. Mau digimanain lagi? Mereka itu dijewer tidak bisa, dibuang juga tidak ada yang mau terima. 

Saya yakin sesudah lebaran atau di bulan Juli nanti, gerak kita sudah mulai normal lagi meski belum sepenuhnya. Sekolah dibuka lagi, mall-mall dan kantor juga gerak lagi dan kita hidup seperti biasa lagi, karena itu saran saya, jangan mudik dulu, kita tunggu lebaran selesai dan kita mulai lagi dari awal setuju? 

*Sidik Awaludin/Mahasiswa/11/05/2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun