Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Opini Amatir
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

| Public Relations | Melihat sudut pandang suatu peristiwa, menganalisa dan menulis |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Jokowi, Kami Butuh Kerja Bukan Karantina

9 Juni 2020   15:10 Diperbarui: 9 Juni 2020   15:41 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya kita belajar bahwa lockdown tidak menyelesaikan masalah, malah membuat masalah baru. Contohnya, di India. Lockdown malah membuat puluhan ribu warganya lari dari kota pusat wabah, apakah mereka takut tertular? 

Bukan, mereka kabur dari kota karena disana produktivitas dan aktivitas mati. Mereka tidak bisa cari uang dan tinggal di kota dengan segala beban biayanya itu sangat memberatkan, akhirnya mereka pulang ke desa untuk menghemat biaya hidup dan akibatnya malah menyebarkan virus ke seluruh negara. 

Apa pelajaran yang bisa kita dapat dari sini? Seharusnya memang lockdown dan karantina wilayah itu tidak ada, itu akan mematikan ekonomi suatu daerah dan kalau ekonomi di daerah itu mati orang akan keluar dan mencari daerah lain untuk mendapatkan kesempatan kerja, dan disanalah penularan terbesar dimulai. Seharusnya pemerintah tetap membiarkan orang bekerja, tentu dengan syarat ketat yaitu tetap menjaga jarak dari kontak fisik. 

Imbauan pemerintah dikampanyekan besar-besaran dan dibuat gugus tugas khusus untuk mengawasi kantor-kantor dan pabrik-pabrik, apakah mereka sudah mematuhi himbauan atau tidak. Juga diwajibkan perusahaan-perusahaan untuk menyediakan disinfektan atau perlengkapan kesehatan lainnya. 

Perusahaan juga wajib mengawasi Kesehatan para pekerjanya, transportasi public juga begitu, yang penting ada pembatasan, ada jarak antar sesama penumpang. 

Orang harus tetap bekerja, supaya mereka mendapatkan penghasilan untuk makan, kalau arus ekonomi tetap bergerak, negara akan sehat, ya mungkin akan berkurang dari sebelumnya. 

Tetapi yang pasti tidak mati sama sekali, kalau masyarakat diminta tidak bekerja, yang pasti produksi dan aktivitas mati. Akan banyak usaha tutup karena bangkrut dan akibatnya PHK besar-besaran. 

Banyaknya pengangguran akan menambah masalah bagi negara, akhirnya mereka pulang ke desa masing-masing mencari kesempatan kerja lain dan potensi penularan akan semakin tinggi. 

Itu belum potensi banyaknya pengangguran akan berdampak pada kerusuhan sosial, seperti penjarahan. Naluri dasar manusia adalah bergerak jika tidak bergerak jiwa mereka mati, gerakan itu menghasilkan energi dan membangun harapan hidup lebih besar lagi. 

Kalau kita tidak harus ditakut-takuti dengan ancaman, tetapi dihimbau dengan tertib melakukan pembatasan, tentu ekonomi kita akan jalan lagi, jarring pengaman yang kemarin disiapkan Jokowi sebesar 400 Triliun Rupiah. 

Sifatnya sementara saja, tapi jika tidak diikutkan dengan pergerakan ekonomi di sektor informal, uang itu akan habis tak berbekas, sia-sia dan masalah baru akan datang lebih besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun