Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Alhamdulillah, Hopefully I am better than yesterday

Seorang opinimaker pemula yang belajar mencurahkan isi hatinya. Semakin kamu banyak menulis, semakin giat kamu membaca dan semakin lebar jendela dunia yang kau buka. Never stop and keep swing.....^_^

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengenal dan Memahami Anak, Sebuah Proses yang Berkelanjutan

9 Agustus 2024   12:02 Diperbarui: 9 Agustus 2024   13:36 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat tumbuh kembang anak adalah impian setiap orang tua. Bukan hanya tentang menikmati momen-momen manis ketika mereka menunjukkan kepribadian dan talenta yang unik, tapi juga tentang bagaimana kita menerima dan memahami segala kekurangan mereka.

Sebagai orang tua, kita harus berhati-hati agar tidak hanya fokus pada kelemahan anak-anak kita. Jika kita terlalu terpaku pada hal tersebut, bukannya merasa senang, yang muncul justru rasa jengkel. 

Oleh karena itu, penting untuk berusaha memahami dan menerima seluruh karakter anak-anak kita. Hal ini akan memberikan dampak positif yang lebih luas, baik bagi anak-anak kita maupun bagi diri kita sendiri sebagai orang tua.

Sampai saat ini, saya dan pasangan masih terus belajar mengenal dan memahami sifat anak-anak kami. Seiring berjalannya waktu, kepribadian mereka terus berkembang, dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman mereka.

Sebagai contoh, salah satu anak kami, sebut saja Azka, adalah anak yang supel dan mudah bergaul. Dia sering diajak bermain oleh teman-temannya dan selalu tampak ceria. Namun, di balik sifat supelnya, dia cenderung mudah rapuh ketika dihadapkan pada masalah.

Baru-baru ini, dia bangun pagi dengan wajah cemberut karena ingat ada tugas sekolah yang belum diselesaikan. Rasa takut dan malu membuatnya enggan berangkat sekolah, khawatir akan mendapat hukuman. 

Kami sudah terbiasa dengan sifatnya yang cenderung pesimis dalam menghadapi masalah. Alih-alih mencari solusi, dia lebih sering terjebak dalam kekhawatiran tentang hal-hal buruk yang mungkin terjadi.

Sebagai orang tua, kami memutuskan untuk tetap mendorongnya pergi ke sekolah. Kami percaya bahwa menghadapi masalah adalah bagian dari pembelajaran yang penting. 

Akhirnya, sepulang sekolah, Azka pulang dengan senyum lebar di wajahnya, menyadari bahwa ketakutannya tidak terbukti. Guru Seni ternyata sangat pengertian dan situasinya jauh dari apa yang ia bayangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun