Mohon tunggu...
Rohman Aje
Rohman Aje Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Alhamdulillah, Hopefully I am better than yesterday

Seorang opinimaker pemula yang belajar mencurahkan isi hatinya. Semakin kamu banyak menulis, semakin giat kamu membaca dan semakin lebar jendela dunia yang kau buka. Never stop and keep swing.....^_^

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalis dan Jurnalistik Abal-abal dalam Seminar Jurnalistik Bersama Prof. Dr. Bagir Manan, SH., MLC di Kota Sukabumi

11 Maret 2016   15:39 Diperbarui: 11 Maret 2016   16:58 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Layout Podium Seminar di Gedung Juang 45 (dokpri)"][/caption]Memperingati hari jadi ke 102 Kota Sukabumi, Pemerintah Daerah Kota Sukabumi mengadakan sebuah seminar dengan mengundang seorang pakar Hukum Tata Negara, beliau adalah Prof. Dr. Bagir Manan, SH., MLC., pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2016. Seminar tersebut digagas oleh Walikota Sukabumi, Bapak Mohamad Muraz, SH., MM., dalam rangka menyambut hari jadi kotanya yang sudah lebih dari satu abad. Maksud dan tujuan seminar itu adalah memberikan wawasan tentang sepak terjang dan kriteria para jurnalis atau wartawan yang profesional, dengan mengambil tema “Menyoroti Kinerja Wartawan”.

Saya termasuk satu dari peserta yang diundang. Undangan tersebut datang dari Sekretariat Akademik di tempat saya kuliah. Jadi, para alumni Sekolah Tinggi Hukum Pasundan Sukabumi sebagian, banyak yang  diundang di acara tersebut. Kebetulan saya juga belum lama lulus jadi Sarjana Hukum di STH Pasundan Sukabumi, yakni lulus pada angkatan tahun 2015. Saya merasa beruntung ketika ada sebuah undangan seminar datang diantar oleh teman satu angkatan. Dia bernama Angga. Teman saya yang satu ini memang pro-aktif di kampus. Bahkan biasa dimintakan tolong oleh akademik untuk mengantarkan undangan-undangan yang ada kaitannya dengan acara STH Pasundan Sukabumi.

[caption caption="Alumni STH Pas Sukabumi yang izin bertugas dari Pelayanan Imigrasi (dokpri)"]

[/caption]

Hubungannya STH Pasundan Sukabumi dengan acara seminar yang diadakan pada Gedung Juang 45 di jantung Kota Sukabumi adalah karena Pak Walikota Sendiri juga termasuk alumni dari kampus yang sama dengan saya. Adapun Profesor Bagir Manan, beliau adalah salah satu dosen tetap di Yayasan Pasundan. Beberapa universitas yang termasuk di dalamnya adalah Universitas Pasundan Bandung, Sekolah Tinggi Hukum Pasundan Sukabumi dan masih banyak lagi. 

Sehingga bukan pemandangan yang asing lagi, terutama bagi para alumni senior STH Pasundan Sukabumi dengan hadirnya seorang Profesor yang dikenal dengan buku-buku dan karya-karya tulisnya yang legendaris dan satu buku yang jadi kebanggaanya berjudul “Hubungan antara Pusat dan Daerah menurut UUD 1945”. 

Tapi tidak bagi saya pribadi, sebab hal ini merupakan pengalaman kali pertama hidup saya, bisa mengikuti seminar di tingkat Kota dan bisa bertemu langsung dengan seorang Profesor yang fenomenal. Apalagi hari H seminarnya diadakan pada jam kerja. Ijinnya tidak mudah. Tapi, saya berjuang untuk mendapatkan izin tersebut dan Alhamdulillah akhirnya, perjuangan saya membuahkan hasil yang memuaskan. Saya diberikan ijin oleh atasan untuk mengikuti seminar sampai jam 1 siang. Sungguh pengalaman yang akan menjadi sejarah dalam hidup saya.

Acara Seminar Jurnalistik 2016 tidak hanya diperuntukan bagi para alumni STH Pasundan Sukabumi, namun banyak juga para PNS dari Pemda Kota Sukabumi, termasuk di antaranya para guru. Para peserta begitu antusias dalam mengikuti acara seminar. Sehingga gedungnya penuh dengan peserta undangan. Tak ada satu bangku pun yang kosong, bahkan ada yang sampai berdiri demi mendapatkan wejangan langsung dari Profesor yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia periode tahun 2001 sd. 2008.

Acara berlangsung khidmat dan meriah. Saya sendiri ikut terbawa aura dan suasana seminar saat itu. Sengaja saya cari tempat duduk yang paling depan, agar hasil seminar jurnalistik yang dipaparkan oleh Pak Walikota Sukabumi, Pak Kapolres Kota Sukabumi dan nara sumber utama, Profesor Doktor Bagir Manan, SH., MLC., ini bisa saya peroleh dengan maksimal. Kapan lagi saya bisa mendapatkan kuliah langsung dari beliau-beliau (orang-orang hebat). Setidaknya itu akan menambah khasanah wawasan dan pengetahuan saya, yang bisa saya aplikasikan dalam kehidupan keluarga, sosial masyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara.

Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Lalu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya yang dipimpin oleh seorang dirigen dari Paduan Suara Mahasiswa/i STH Pasundan Sukabumi, adik-adik angkatan saya yang masih kuliah. Hadirin menyanyikannya dengan berdiri dan penuh penjiwaan. 

Ada yang menarik saat lagu tersebut dinyanyikan, entah kenapa setiap ada acara-acara resmi kemudian dinyanyikan lagu wajib Indonesia Raya, bulu kudu saya selalu merinding dan biasanya sampai meneteskan air mata. Mungkin karena besarnya rasa nasionalisme dan diiringi besarnya harapan saya terhadap bangsa Indonesia untuk segera menjadi negara maju.

Kemudian dilanjutkan dengan laporan panitia penyelenggara dan sambutan sekaligus paparan-paparan seminar yang didahului oleh Pak Walikota. Kemudian dilanjutkan oleh Profesor Bagir Manan. Terakhir ditutup oleh Pak Kapolres, AKBP Diki Budiman sebelum menginjak pada acara sesi tanya jawab.

[caption caption="Paduan Suara yang diperankan adik-adik angkatan STH Pas Sukabumi (dokpri)"]

[/caption]Pada sesi tanya jawab diberikan dua termin dan setiap terminnya diberikan kesempatan bagi empat orang penannya. Saya juga termasuk salah satu peserta yang diberikan kesempatan untuk bertanya pada sesi pertanyaan termin kedua. Secara global pertanyaan tidak jauh dari tema seminar, yakni bagaimana mengahadapi wartawan atau jurnalis abal-abal, atau diistilahkan Pak Kapolres wartawan CNN (can nulis-nulis: bahasa sunda: artinya: belum nulis-nulis). Tidak hanya itu, banyak juga kejadian wartawan asli yang berada di bawah naungan surat kabar yang mentereng di tingkat daerah yang bertingkah abal-abal, terkesan ada tindakan pemerasan.

[caption caption="Para Pemateri Duduk Saat Sesi Tanya Jawab (dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Berdiri Saat Diberikan Kesempatan Bertanya (dokpri)"]

[/caption]Momen adalah merupakan bagian dari sejarah yang bisa terus dikenang. Maka, acara seminar tersebut pun tak terlepas dari jepretan foto dari hape saya. Ketika selesai acara, saya memberanikan diri untuk berfoto, termasuk foto dengan Pak Walikota. Kebetulan ada teman yang menghampiri saya, Angga. Bahkan dia menawarkan saya untuk foto bareng Pak Walikota. Ketika saya berikan hapenya, saya langsung meminta Pak Wali berpose dengan saya. Jepret-jepret, Angga pun selesai memfoto. Saya lihat hasilnya tidak ada. “Kamu gimana sih, ngga! masa gak ada hasilnya,” ujar saya agak kecewa. “Iya, mas ini padahal sudah saya pencet kok!,” jawab Angga. Akhirnya saya minta lagi kepada Pak Wali untuk difoto kembali, “Pak Wali foto lagi yah, yang tadi belum jadi!”. “Iya boleh,” jawab Pak Wali. Lagi-lagi hasilnya tidak ada, malah foto kaki-kaki orang yang kejepret. “Angga, kamu ini bener-bener ya, bikin saya malu aja, masa fotonya kaki kayak begini!”. “Padahal sudah saya pencet tombol kameranya. Ya sudah minta lagi saja mumpung masih di sini!”, usul Angga tanpa beban. Memang hape saya ada aplikasi pengganti tombol manual, berupa tombol touchscreen yang otomatis berpindah. Kadang pindahnya menutupi tombol kamera ketika akan mengambil foto. “Enak saja kamu bilang begitu, saya malu banget kalau minta lagi ini sudah kali ketiganya”. Dengan sangat terpaksa dan memberanikan diri, dibarengi rasa malu akhirnya saya meminta foto bareng Pak Walikota kembali. “Pak, mohon maaf, saya minta foto bareng lagi. Itu temen saya gak bisa moto!”. “Ya sudah, gapapa, itu juga sudah difoto,” tukas Pak Wali sambil memberi isyarat kepada fotografer di depan saya yang ikut foto. Saya kira, dia adalah memang fotografernya Pak Wali secara khusus. Alhamdulillah, hasil fotonya ada dan bagus. Syukurlah Pak Wali tipe orang yang bersabar. Ada-ada saja.

[caption caption="Jepretan yang ketiga kalinya. So embarrassing (dokpri)"]

[/caption]

Itulah selayang pandang cerita seminar tentang jurnalistik yang saya ikuti kemarin, Kamis, 10 Maret 2016. Semoga bisa menarik perhatian sobat dan memberikan manfaat walau hanya setitik. Adapun hasil paparan seminar yang disampaikan oleh Profesor Doktor Bagir Manan, SH., MLC sekaligus sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia insya Allah akan saya tulis pada artikel berikutnya dan semoga saja bakal lebih bernas.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun