Pernakah sobat ditanya, “Apa hobimu?”. Saya yakin semua pernah, karena setiap orang memiliki hobi. Hobi merupakan serpihan dari bagian kehidupan manusia. Sedari kecil kita sudah banyak melakukan hal-hal yang kita sukai. Tanpa sadar dan lambat laun hal itu akan menjadi sebuah hobi. Salah satu aktifitas ini biasanya dilakukan untuk menyalurkan bakat atau hanya sekadar memperoleh kesenangan.
Saya sendiri memiliki dua hobi yang belum lama ini saya deklarasikan sebagai aktifitas favorit.
Hobi yang pertama di bidang olahraga.
Pada zaman dahulu, ketika saya masih belum makan bangku sekolah, saya suka sekali dengan permainan sepakbola. Saking senangnya, baik cuaca panas maupun hujan, jika ada teman yang ngajak main bola, tidak pernah saya tolak kecuali saya tidur dan tidak ada yang membangunkan, hehe.
Jika saya flashback akan hobi saya satu ini, banyak juga suka dan dukanya, tapi lebih banyak sukanya sih. Sempat juga hobi saya dalam bidang olahraga ini bercabang, karena ternyata setelah makan bangku sekolah dasar (SD), semakin banyak teman, semakin banyak permainan yang saya ketahui. Seperti permainan tokle, gobak sodor dan bola kasti (atau sekarang telah berubah dengan istilah agak keren, softball). Ketiganya pernah saya jadikan hobi (jika sobat lahir pada zaman purba sekitar tahun 80’an dan tidak tahu tokle game atau gobak sodor game, artinya masa kecilnya tidak seru, tidak menantang dan kurang bahagia, katanya, haha). Ya, namanya juga masih anak-anak jaman SD, apapun permainannya, selagi main bersama kawan-kawan rasanya senang-senang saja, karena ga ada loe ga rame (ads victim, hehe).
Setelah lulus SD, selama belajar genap enam tahun, Alhamdulillah tanpa “ngendok” (istilah beken tidak naik kelas waktu itu), permainan di dunia sekolah menengah pertama bertambah satu, yaitu bola basket. Keren, disukai banyak wanita, baik yang cantik atau biasa-biasa saja, cabang olah raga ini pernah juga saya geluti. Ini hanya kemungkinan yah!, atas dasar dua hal tersebut banyak remaja yang memberanikan diri untuk ikut bergabung. Namun saya seriusi pada zaman SMA sampai saya mendaftarkan diri untuk masuk dalam Tim Basket Sekolah, meskipun hanya dipercaya menjadi pemain cadangan abadi, yang penting eksis, hehe.
Setelah terbebas dari belenggu bangku-bangku sekolah, ada juga beberapa cabang olahraga yang datang mewarnai kehidupan saya, seperti tenis meja, catur dan badminton. Namun semua macam hobi dalam cabang olahraga tersebut di atas tidak membuat saya berpikir untuk menggantungkan sepatu. Justru semakin bertambahnya usia, sepakbola semakin mengakar dan mendarah daging. Beberapa kompetisi sepakbola di level tarkam pernah saya ikuti. Berbekal pengalaman dan latihan di pinggir lapangan, football skill yang saya miliki pun semakin matang. Bahkan saya diberikan gelar oleh kawan-kawan “AKEGAWA”. Sekilas julukan tersebut seperti julukannya pemain bintang yang berkelas di negara Jepang, seperti, Heditoshi NAKATA, Kapten TSUBASA, HONDA, YAMAHA, SUZUKI..lah kok malah nama-nama merk motor yang disebut, hadeuh.......haha.
Ada sebuah cerita unik dibalik julukan akegawa. Setiap bersepakbola, saya sering menggiring bola tanpa jeda. Ya betul, karena sukanya membawa bola, jarang ngoper ke rekan setim dan jika ngoper kalau sudah kepepet, jadi begitu mudah pemain lawan membaca skill dan merebut bola dari saya. Bukan karena talenta giring bolanya yang memukau atau menonjol, tapi karena saya suka bawa bola saat bertanding dan sering membuat rekan setim jengkel melihat permainan saya yang mudah direbut oleh lawan, maka mereka spontan berkata, “ah, banyak bawa luh!”. Kebetulan saya dilahirkan di Cirebon, banyak bawa bola diterjemahkan dalam bahasa kelahiran/kampung saya adalah akeh gawa. Akeh berarti banyak, sedangkana gawa artinya membawa, dan disingkat menjadi akegawa.
Masakini, sepakbola tidak hanya dimainkan di luar lapangan, tapi bisa dilakukan dalam gedung, dan tenar dengan sebutan futsal. Karena semakin susah mengumpulkan rekan satu tim yang berjumlah 11 orang, belum lagi ditambah pemain lawan sehingga total jumlah 22 orang, juga ditambah sulit mencari lapangan besar yang kosong, maka permainan sepakbola di Indonesia, termasuk di kampung dan daerah yang saya tinggali sekarang, bergeser ke futsal. Faktor lain adalah karena gedung-gedung futsal sudah menjamur dan buka sampai jam 12 malam lebih, meskipun harus merogoh kocek, tapi demi kepuasan dan kesenangan tidak jadi halangan.
Sampai detik ini, saya masih menikmati sekali bermain sepakbola atau futsal. Sepakbola jarang saya lakukan karena alasan di atas. Tapi saya masih bermain jika ada kesempatan. Terakhir bermain adalah ketika saya pulang bersilaturahmi ke Cirebon. Begitu berpapasan dengan salah satu kawan saya yang membawa sepatu bola, yang berjalan menuju lapangan sepakbola, dan saya pun diajak bermain. Still...saya bermain dengan skill akegawa saya yang makin bertalenta, haha.
Jadwal futsal saya seminggu dua kali. Setiap akan pergi bermain futsal, anak dan istri saya tidak pernah absen. Di samping kedua anak saya suka dengan bola, istri saya asyik jalan-jalan sembari ketemu teman-teman, ngrumpi bersama istri-istri rekan futsal setim, plus bonus pulangnya ngebakso atau paling tidak bisa mampir beli jajan. Saya merasa hidup sehat karena berkeringat dan lebih hidup karena bisa menghilangkan penat. Ini betul-betul saya rasakan sobat!, bayangangkan saja!, entah kenapa saya selalu antusias menunggu-nunggu jadwal futsal datang. Bahkan boleh dibilang, hobi bermain sepakbola atau futsal menjadi sebuah obat alami yang mujarab dikala saya sedang dirundung kondisi pelik ringan atau stress hebat.
Hobi yang kedua tidak usah ditanya, karena ketika sobat membaca artikel ini, maka itulah hobi saya. Manfaatnya, tak terbantahkan!
Those are few miracles of hobbies. So, what is your hobby?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H