Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Alhamdulillah, Hopefully I am better than yesterday

Seorang opinimaker pemula yang belajar mencurahkan isi hatinya. Semakin kamu banyak menulis, semakin giat kamu membaca dan semakin lebar jendela dunia yang kau buka. Never stop and keep swing.....^_^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebiasaan Baik Anak Adalah Buah Kesabaran dan Ketekunan Orang Tua

12 Desember 2015   08:00 Diperbarui: 12 Desember 2015   08:16 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kaka (panggilan Dafa)...kalau kaka masih nonton, siapa yang mau menemani ayah sholat, apa gak kasihan ayah sholat sendirian?, kan kita biasa sholat berjamaah, masa kita berpisah”. Meskipun Dafa begitu asyik nonton.

Ternyata Dafa yang sudah berusia 6 tahun ini sudah bisa menggunakan akal pikirannya:

“Oh iya yah, kasihan nanti ayah sendirian sholatnya, Dafa gak mau pisah sama ayah”, responnya dengan simpati.

Bahkan, Dafa beranjak dari tempat duduknya dan langsung mematikan TV demi mengerjakan sholat berjamaah dengan ayahnya.

Kebiasaan baik berikutnya adalah mengajarkan mengaji. Memang setiap setelah mengerjakan sholat maghrib, saya luangkan waktu untuk mengajarkan Dafa ilmu membaca Al-Quran. Diawali dengan buku Iqro (Buku Metode Awal Cara Membaca Al-Quran), Dafa selalu saya ajarkan dengan metode yang saya miliki. Alhamdulillah sampai saat ini dia mampu mengikuti cara belajar membaca Iqro. Namun sekarang, sudah saya ganti dengan buku tilawati (tidak jauh berbeda dengan buku Iqro). Saat itu, setelah mengerjakan sholat maghrib, di luar banyak sekali serangga laron. Laron itu datang menyerang lampu-lampu yang bercahaya, sehingga dengan terpaksa oleh istri saya dimatikan semua lampu-lampu di rumah, agar semua laron pergi (biasanya pindah ke cahaya lampu tetangga, hehe). Saya dan Dafa yang sedang dalam posisi Doa setelah sholat, hanya duduk sembari menunggu waktu datangnya sholat isya. Tapi karena kondisi gelap, yang biasanya waktunya digunakan untuk belajar membaca Al-Quran dengan buku tilawatinya, saya ganti dengan kegiatan hapalan doa-doa. Beberapa doa yang saya ajarkan di antaranya seperti doa bangun tidur, doa setelah makan, doa mau bepergian, doa pagi dan sore, doa untuk kedua orang tua, dan beberapa doa pekerjaan sehari-hari, Dafa sudah hapal. Di kondisi gelap saat itu, saya coba ajarkan doa baru, yaitu doa ketika ada petir. Seperti yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad, SAW, bahwa ketika ada petir, maka supaya membaca:

“Allahumma Lataq’tulna Bighadhabika Wala Tuhlikna Bi’adzabika Wa’afina Qabla Dzalika”.

Artinya: “Ya Allah, janganlah engkau membunuh kami dengan kemurkaan-Mu, jangan hancurkan kami dengan siksa-Mu, dan berilah kami kesehatan sebelum itu.” (HR. Al-Tirmidzi).

Mula-mula Dafa mau mengikuti doa yang saya ajarkan. Dengan diucapkan kata demi kata, dia pun mampu mengikutinya. Ketika sudah hampir hapal, kebiasaan Dafa bila diajarkan doa, dia gampang bosan, menyerah. Dia cenderung suka belajar membaca Al-Quran daripada belajar menghapalkan doa-doa. Maka, ketika bad moodnya datang begitu cepat, seketika itu juga Dafa berkata:

“Dafa ga bisa ayah!”, ucapnya menyerah.

“Dafa ayo dong!, ikuti lagi kata-kata ayah, Dafa pasti bisa.”, ujar saya memberi semangat.

Tiba-tiba….“Deerr...!”, teriak saya layaknya suara petir di depan Dafa tanpa dia sadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun