Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Alhamdulillah, Hopefully I am better than yesterday

Seorang opinimaker pemula yang belajar mencurahkan isi hatinya. Semakin kamu banyak menulis, semakin giat kamu membaca dan semakin lebar jendela dunia yang kau buka. Never stop and keep swing.....^_^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebiasaan Baik Anak Adalah Buah Kesabaran dan Ketekunan Orang Tua

12 Desember 2015   08:00 Diperbarui: 12 Desember 2015   08:16 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengajarkan kebiasaan yang baik kepada anak butuh kesabaran dan ketekunan. Sebab umumnya anak-anak mudah bosan dan tidak suka dengan hal-hal yang serius. Mereka cenderung suka bermain, bercanda, melakukan kegiatan yang baru atau kegiatan yang sudah lama yang tak dikerjakan. Di antaranya adalah seperti nonton film kartun, bermain layang-layang, seru-seruan dengan mainan, gendong-gendongan, kuda-kuda-an dan sebasangnya. (kenapa gak ada gajah-gajahan, kambing-kambingan atau ayam-ayam-an yah?, hehe)

Ada beberapa kebiasaan baik yang sengaja saya tanamkan sejak anak saya masih kecil. Kebetulan saya sendiri telah dikaruniai dua orang anak sejak menikah dengan istriku yang tercinta nan cantik jelita, TRI UTAMI pada tanggal 11 Januari 2009 (yah benar 11 Januari bertemu...bleh..bleh..bleh, sing a song!). Kedua anak yang gantengnya bukan main tersebut bernama DAFA dan AZKA. Dafa berusia 6 tahun sedangkan adiknya Azka berusia setengah dari Kakaknya (Jika anak saya Dafa telah berusia 10 tahun, berapakah usia adiknya saat itu, Azka?. Jika jawaban sobat adalah 5, maka ilmu matematika sobat bagus, tapi ilmu rumah tangganya masih perlu diasah, hehe). Kok jadi malah jadi OOT (out of the topic), gegara terbawa main setrim nih, hehe.

Kembali ke ide cerita....

Kali ini saya akan lebih banyak menceritakan Dafa. Anakku yang satu memang manja, cengeng dan capernya banget. Di awal-awal kebersamaanku dengannya, dalam masa pertumbuhan Dafa sampai pada berusia 5 tahun, sungguh saya merasakan sekali sifat-sifatnya tersebut. Pada awalnya saya merasa agak kurang terbiasa, namun demi mengenal dan menciptakan emosional antara anak dan ayah laiknya sahabat saya berusaha membuka waktu, tenaga dan pikiran agar tujuan tersebut terwujud.

Salah satu kebiasaan baik yang saya ajarkan adalah mengajarkan Dafa cara mengerjakan sholat. Dalam agama Islam, mengajarkan sholat adalah sebuah kewajiban setiap orang tua terhadap anaknya. Nabi Muhammad, SAW telah bersabda, perintah kepada setiap orang tua untuk mengajarkan sholat ketika anak mereka berusia 7 tahun. Saking pentingnya, ketika mereka berusia 10 tahun, oleh Nabi Muhammad, SAW supaya dipukul ketika mereka melalaikan sholat (dalam tafsirnya: memukul yang tidak membahayakan, tidak memukul di bagian kepala) dengan tujuan memberi efek tegas, bahwa sholat adalah perintah langsung dari Allah SWT, tidak boleh ditinggalkan. Sabda Nabi Muhammad tersebut terdapat dalam salah satu Hadis Riwayat Abu Daud berikut di bawah ini:

“Muruussobiyya bissholati idzaa balago sab’a siniina, wa idzaa balago asyroo siniina fadhribuuhu alaihaa”. Artinya: “Perintahkanlah (ajarkanlah) anak-anak untuk mengerjakan sholat ketika sudah berusia 7 tahun, dan ketika sudah berusia 10 tahun pukullah mereka bila meninggalkan sholat tersebut”. {HR. Abu Daud}

Dari usia 3 tahun, Dafa sudah mulai saya ajarkan tentang tata cara sholat. Pada awalnya dia hanya ikut-ikutan saja, juga tidak jarang malah bermain ketika saya dan istri saya masih dalam gerakan sholat. Namun lambat laun, dia pun belajar untuk tertib sholat, tidak banyak bercanda. Berbeda dengan adiknya, Azka, sampai saat ini dia masih suka bermain bila diajak sholat berjamaah. Dafa sudah mulai terbiasa dengan mengerjakan sholat. Di usia 3 sampai dengan 5 tahun, sering saya berjibaku dengan Dafa agar mau mengerjakan sholat, terutama bila dia sedang asyik nonton film kartun. Saya kerap keras terhadap Dafa bila dia tidak mau mengerjakan sholat. Tapi seiring dengan perjalanan waktu, banyak sekali ilmu-ilmu parenting yang saya dapatkan, di antaranya bila saya mengajarkan anak dengan cara kasar, meskipun hal itu efektif namun hanya bersifat semu atau sementara. Sekarang saya menyadari, dan harapan saya kepada anak-anak saya yaitu ketika mereka mengerjakan kebaikan itu kalau bisa atas dasar kesadaran mereka sendiri, bukan patuh karena takut dimarahi atau dikasari oleh orang tuanya. Oleh sebab itu, saya belajar untuk lebih bersabar dalam mengajarkan kebiasan-kebiasaan yang baik kepada mereka.

Saya pun sadar bahwa kesabaran juga membutuhkan ketekunan, karena saya mengajarkan sholat tersebut setiap hari, yang jumlahnya 5 kali sholatan, Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Setiap menjelang waktu maghrib, di sini, Sukabumi, pukul 17.55 WIB, Dafa dan Azka masih asyik nonton dengan film-film kartun, Dafa selalu diingatkan untuk sholat Maghrib berjamaah dengan ayahnya, karena sudah menjadi kebiasaan, Dafa langsung berhenti nonton dan mengambil air wudhu untuk mengerjakan sholat berjamaah.

Hari Selasa, 08 Desember 2015, azan maghrib telah berkumandang, seperti biasa Dafa sedang asyik nonton film kartunnya. Ketika saya ingatkan untuk sholat maghrib, tidak seperti biasanya, Dafa mengelak dengan nada merengek menangis..

“Jangan ayah!, nanti ajalah sholatnya!”  tuturnya beralasan.

Memang film kartun yang ditontonnya saat itu sangat menarik dan belum pernah ditonton sebelumnya. Saya langsung bereaksi tidak suka dengan langsung akan mematikan tvnya (ketuk hati dan pikiran saya), namun tidak saya kerjakan. Saya berpikir cepat, jika saya matikan tiba-tiba, meskipun tidak mengucapkan kata-kata dengan nada marah, Dafa akan lebih berontak sebagai wujud kekesalannya, bahkan sampai ngambek mengurung diri di kamar. Tapi, yang saya lakukan saat itu adalah mengajak bicara Dafa, yang masih asyik nonton film kartun tersebut, dengan ucapan begini:       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun