Membayangkan suatu hal yang membuat kita gembira adalah kegiatan yang tentunya menyenangkan. Membayangkan jalan-jalan ke Sungai Musi, Gunung Dempo sambil makan sajian khas duren Sumatra pastilah akan membuat rasa penasaran yang tinggi untuk segera mewujudkannya.
Akan tetapi, apabila harus membayangkan kubus dibelah untuk dihitung luas bidangnya, atau integral hingga pangkat tak terhingga, mau tak mau siswa akan pusing dan menyudahi lamunannya akan materi-materi matematika tersebut.
Banyak yang berpendapat, matematika tidak menarik untuk dibayangkan, tetapi matematika lebih asyik untuk dipraktekkan tentunya dengan alat peraga yang representatif.
Sejauh ini, jarang ada yang mengenal laboratorium matematika. Laboratorium yang banyak dijumpai di sekolah adalah laboratorium biologi atau kimia. Matematika dianggap dapat diselesaikan di ruang kelas tanpa perlu ke laboratorium untuk praktek. Namun bila ditelaah lebih lanjut, matematika tidak akan terhenti hanya sebatas soal yang diberikan di ruang kelas saja.
Matematika membutuhkan alat bantu pembelajaran. Alat bantu yang bisa membangun imajinasi siswa akan materi yang disampaikan, misalnya contoh irisan kerucut, trigonometri. Alat bantu ini terkadang tidak terdapat di laboratorium-laboratorium sekolah. Namun guru yang kreatif dituntut untuk bisa menciptakan sendiri laboratorium matematika dimanapun.
Salah satu yang bisa menjadi laboratorium adalah halaman sekolah. Siswa diajak untuk belajar di halaman sekolah, di tempat yang nyaman di bawah pohon misalnya. Minta siswa untuk menangkap fenomena matematika apa yang bisa dilihat di halaman sekolah. Selain melatih pengetahuan matematika, siswa juga dilatih untuk dapat menjadi pengamat yang baik pda lingkungan sekitar. Fenomena yang dicatat, dapat dikaitkan dengan materi pelajaran yang sedang berlangsung.
Sebagai contoh, gedung sekolah bisa menjadi laboratorium untuk materi sudut. Siswa dapat mengukur sudut kemiring bayangan sinar matahari yang mengenai gedung atau berapa sudut yang dihasilkan lampu di depan gedung untuk memberikan efek cahaya yang maksimal. Siswa juga dapat menerapkan teorema phytagoras untuk menentukan jarak terpendek dari halaman sekolah ke ruang kelas.
Aplikasi-aplikasi langsung tersebut yang lebih dibutuhkan siswa untuk membuat pelajaran matematika semakin menyenangkan. Siswa tidak harus selalu di kelas mengerjakan soal, tetapi mereka bisa mengeksplorasi lingkungannya untuk diterapkan dalam perhitungan matematika.
Laboratorium bisa dilakukan dimana saja asalkan dapat dikreasikan menjadi sarana pembelajaran yag efektif. Peran guru adalah memberi pengantar dan memfasilitasi siswa untuk berkembang dan berimajinasi dengan lingkungannya. Imajinasi ini yang akan menumbuhkan harapan dan cita-cota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H