Mohon tunggu...
Opinari Chloe
Opinari Chloe Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Eksistensi Ulos Kebanggaan Suku Batak Terancam Punah

13 April 2016   17:45 Diperbarui: 13 April 2016   19:40 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang pertama kali tercetus di pikiran kalian apabila mendengar kata ulos?. Sebagian besar orang, pasti akan langsung memikirkan  etnis  Batak.Hal ini dikarenakan ulos sangat melekat dengan masyarakat etnis Batak. Ulos merupakan satu hasil karya seni masyarakat etnis Batak Toba. Ulos Batak dikenal sebagai jati diri dari orang batak sesuai dengan budaya dan adat nya. Karya seni ini dianggap memiliki makna yang tinggi dan nilai kultur yang menjadikan ulos sebagai identitas bagi masyarakat suku Batak. Kain khas ini dibuat dengan menggunakan alat tenun tradisional bukan mesin. Ulos begitu memikat, dengan warna alam yang didominasi hitam, merah, biru dan putih. Juga dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak.

Bukan hanya digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, ulos pada perkembangannya banyak dijumpai dalam berbagai produk souvenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, dasi, dompet hingga gorden.Dalam masyarakat suku Batak Toba ulos sering digunakan didalam acara acara adat resmi  yang dipakai oleh para tetua-tetua. Ditambah lagi, para leluhur suku Batak sering menjadikan ulos sebagai souvenir atau hadiah yang mereka berikan untuk orang orang tersayang. Semakin berkembang nya waktu, ulos memiliki fungsi yang sangat simbolik untuk berbagai macam aspek kehidupan suku Batak. Ulos menjadi bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan suku Batak.

Namun sayang, saat ini sangat sedikit ditemukan para petenun ulos, sehingga mengancam keberlangsungan ulos itu sendiri. Sebagian jenis kain ulos atau tenun yang menjadi ciri khas suku Batak di Sumatera Utara sudah tidak diproduksi lagi dan terancam punah.Sandra Niessen, seorang ahli antropologi dari Belanda yang telah melakukan riset selama 30 tahun, mengatakan kain ulos semakin punah karena sedikitnya jumlah penenun. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa jumlah penenun yang aktif sangat sedikit dan penenun yang aktif tersebut sudah lanjut usia. Bahkan sekarang, penjualan kain ulos didominasi oleh ulos yang dihasilkan dengan mesin, dengan harga yang rendah. Sandra juga mengatakan bahwa menenun ulos sekarang diindentikan dengan kemiskinan, banyak ibu yang malu dan tidak ingin jika anaknya menjadi penenun seperti dirinya.

Menurut  Maroker Siregar (63) salah seorang pakar tenun ulos di Desa Huta Nagondang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, jenis-jenis ulos yang sudah tidak diproduksi antara lain jenis ulos Batak yang pada zaman dahulu biasa dikenakan di kalangan bangsawan. Ada pula kain ulos yang pada zaman dahulu digunakan sebagai pakaian sehari-hari,tetapi tidak banyak lagi dipakai karena harganya terlalu mahal.

Kepala Dinas Pariwisata dan kebudayaan Tapanuli Utara, Gibson Siregar mengatakan masyarakat etnis Batak kini lebih memilih ulos yang dikerjakan dengan mesin dari pabrikan yang harganya lebih murah.Bahkan sudah sejak lama masyarakat banyak beralih menggunakan tenun songket dari Padang, Sumatera Barat, dan Palembang, Sumatera Selatan. Songket dipilih karena harganya lebih murah dan warnanya banyak yang cerah. Sementara motif ulos yang asli cenderung gelap.Gibson juga menambahkan, harga kain songket pabrikan di pasaran ada yang hanya Rp 100.000,- per lembar.Sementara kain ulos tenun harganya bisa lebih dari satu juta rupiah.

Permasalahan mengenai terancamnya eksistensi ulos tenun Batak ini harus segera diatasi. Salah satu caranya dapat dimulai dari diri sendiri yaitu dengan meningkatkan kesadaran kita bahwa ulos tenun Batak adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang mempunyai nilai budaya yang sangat tinggi dan harus dilestarikan. Cara lainnya adalah dengan mengadakan seminar revitalisasi terkait pemeliharaan dan pemberdayaan kain ulos khususnya terhadap generasi muda agar mereka tertarik untuk mempelajari teknik tenun dan motif- motif asli Batak.Pengenalan, pembelajaran teknik tenun dan motif-motif asli ulos tenun Batak sangat penting dilakukan kepada generasi muda agar dapat diwariskan secara turun temurun ke generasi berikutnya. 

Pelestarian ulos tenun Batak bukan hanya tugas masyarakat etnis Batak saja, tetapi merupakan tugas masyarakat Indonesia.Kita harus bangga dengan kain ulos tenun Batak dan budaya Indonesia lainnya.Kita harus sadar akan keindahan budaya kita. Marilah kita generasi Indonesia mulai mencintai dan melestarikan budaya bangsa, di samping menikmati budaya dari luar. Jangan sampai anak cucu kita tidak mengenal dan melestarikan keanekaragaman budaya kita, apalagi sampai tidak mengetahui budaya asli kita sendiri. Bayangkan betapa menyesakkannya jika budaya asli kita tenggelam di antara budaya luar.Jadikanlah budaya kita menjadi ciri khas Tanah Air kita.Jika bukan kita yang bertindak, siapa lagi?

 

Sumber:

Satu 

Dua  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun