Mohon tunggu...
ahmad taufiq
ahmad taufiq Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berminat di bidang pendidikan, sejarah, ekonomi politik, sastra dan revolusi. Frustasi jadi mahasiswa. Belajar jadi manusia biasa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bayar Cuma 600 Ribu Saja Protes! Cuihh!

18 Mei 2014   02:23 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:25 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kedua, neoliberalisme, adalah varian dari kapitalisme itu sendiri, dimana ciri utamanya adalah liberalisasi (dengan deregulasi) pasar, privatisasi BUMN, pengetatan anggaran, cabut subsidi, dan pembabatan atas hal-hal yang dianggap menghambat jalannya pasar. Dalam hal pendidikan, neoliberalisme bermanifestasi dalam wajah privatisasi pendidikan. Subsidi negara atas pendidikan adalah memberatkan, sehingga harus diminimalisir. UIN Suka sendiri mulai tergerus dalam arus ini dengan munculnya sitem Badan Layanan Umum (BLU). BLU mendorong agar kampus mencari biaya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya atas nama otonomi (atau) kemandirian kampus dari negara.

Ketiga, hegemoni kapitalisme rupanya sangat massif dalam dunia pendidikan. Kita bisa melihat bahwa mayoritas pelajaran yang kita dapatkan adalah pembangunan kapasitas manajerial, bukan kontemplatif. Sebabnya tentu bahwa pasar tidak butuh folosof.

Selain itu, hegemoni kapitalisme berkait kelindan dengan sisa-sisa budaya feodal kita, sangat menghambat demokrasi dan melanggengkan penindasan. Lihat saja bagaimana di antara kita saja marak sekali sikap terhadap atasan menghamba, terhadap bawahan menindas. Atau bahasa kasarnya terhadap pejabat rektorat menjilati pantatnya, terhadap mahasiswa (apalagi yang kritis) menginjaki tengkuknya. Itu semua menggerus sikap kritis kita. Dan dari sini sangat gamblang bahwa kampus mengkhianati demokrasi yang diajarkan pada mahasiswanya sendiri.

Contoh dari hegemoni itu adalah bahwa ramai-ramai kita menjadi lupa atau tidak sadar, bahwa pendidikan sudah kita anggap barang dagangan sudah sejak darisononya. Sehingga ketika ada mahasiswa UIN Suka yang protes sebab merasa hak-haknya dirampas, kita malah mengelus dada, bahwa kok ada ya mahasiswa sebejad itu? Dan sambil merasa paling intelek mereka ramai-ramai meludahi. Cuihh!

Kamar Merah, Jelang Fajar, 12/05/14

*Penulis adalah Agitator KMPD UIN Suka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun