Mohon tunggu...
opi novianto
opi novianto Mohon Tunggu... Lainnya - suka dunia militer

Suka otomotif dan dunia militer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Benteng Pendem, Wisata Potensial Cilacap yang Belum Terpoles

9 Januari 2018   22:17 Diperbarui: 9 Januari 2018   22:38 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat datang di Benteng Pendem Cilacap (dokpri)

Akhir tahun banyak yang bilang waktunya berlibur. Jatah cuti yang belum banyak digunakan plus tuntutan kerjaan akhir tahun yang menumpuk, menyebabkan virus HIJ (Hasrat Ingin Jalan-jalan) kian menggebu tak tertahankan. Masalahnya tujuannya kemana ya, masa cuma ke mall atau dalam kota saja. Padahal kita berdua tipe yg non "ikut arus" dan lebih suka perjalanan semi petualangan sambil mencari objek budaya dan sejarah. Destinasi awal ditetapkan Cirebon-Kuningan, namun aku protes, Itu mah masih terlalu dekat, soalnya aku senangnya nyetir jarak jauh wkwk). Akhirnya secara spontan, kami berdua jalan-jalan ke Purwokerto dan Cilacap, hingga tiba di Benteng Pendem.

Mengantisipasi kondisi jalan tol di akhir tahun yang masih padat akibat banyak orang-orang yang ingin melewatkan sisa waktu dengan berlibur, maka kami memutuskan untuk berangkat pukul tiga dini hari. Setelah Gerbang Tol Cikarang Utama, laju kendaraan melambat. Ratusan atau mungkin ribuan mobil seolah-olah parkir di jalan tol. Baru pukul enam pagi bisa masuk Tol Cipali. Eh tapi sebelumnya sempat beristirahat satu jam di rest area, karena kondisi mata yang 5 watt tidak bisa diajak kompromi. Menuju tol Palimanan-Kanci, jalanan kembali padat. Hoooi ada apa sih? Oooooh ternyata ada kecelakaan. Jalan pun ditutup, jadinya hanya satu lajur.

Hore sudah mau keluar Pejagan (dokpri)
Hore sudah mau keluar Pejagan (dokpri)
Santap empal gentong dulu, sueeegerr (dokpri)
Santap empal gentong dulu, sueeegerr (dokpri)
Setelah keluar tol Pejagan, kami pun berbelok ke kanan ke jalan raya Bumiayu-Purwokerto. Mengingat sudah siang, kami pun santap siap dulu dengan Empal Gentong dan Sop Kambing Muda. Sueegeerr! Bisa cuci muka dulu dan leyeh-leyeh sejenak. Singkat kata setelah 12 jam berkendara plus makan dan beristirahat, akhirnya kami berdua tiba di penginapan. Weleh weleh punggung dan lengan terasa pegal. Untung si istri bawa Geliga KrimOtot. Cukup dioles tipis-tipis, panasnya langsung terasa. Si istri pun mengoleskan krim dan kemudian memijat badan, setelahnya seruput wedang susu jahe. Badan jadi mengantuk dan kemudian terlelap. Ketika petang hari bangun, badan pun sudah kembali segar.

Badan jadi bebas pegal setelah punggung dan lengan diolesi geliga krim, kemudian seruput wedang susu jahe (dokpri)
Badan jadi bebas pegal setelah punggung dan lengan diolesi geliga krim, kemudian seruput wedang susu jahe (dokpri)
Pagi harinya kami fix menuju Baturraden untuk mengunjungi Small World, area rekreasi yang menyajikan miniatur landmark Indonesia dan mancanegara. Hanya 45 menit perjalanan dan kamipun tiba. Kami telah bersiap membawa Geliga krim otot  buat antisipasi jika lelah berjalan, eh ternyata Small World benar-benar mungil, lebih cocok buat anak-anak dan keluarga. Salah tujuan wisata nih wkwkwk.

Tiba di Baturraden (dokpri)
Tiba di Baturraden (dokpri)
Smallworld benar-benar mungil (dokpri)
Smallworld benar-benar mungil (dokpri)
Si istri cemberut karena masih ingin jalan-jalan. Kalau bisa tempatnya yang nambah wawasan sejarah atau yang berpanorama indah kek. Ya okelah kami berdua langsung melipir ke Cilacap. Kami bersiap siap menyisir Benteng Pendem.

Setelah dua jam berkendara melewati jalan yang turun naik, persawahan, dan juga pinggiran laut, maka kami tibalah di Benteng Pendem. Kesan pertama melihat obyek wisata ini adalah gerbang masuk yang ditata apik menyerupai benteng yang gagah. Namun, ketika melangkah masuk, dapat dengan jelas terlihat ilalang yang tubuh tinggi tidak terawat, menambah kesan ditinggalkan dan nampak angker.

Tiba deh di Cilacap (dokpri)
Tiba deh di Cilacap (dokpri)
Selamat datang di Benteng Pendem Cilacap (dokpri)
Selamat datang di Benteng Pendem Cilacap (dokpri)
Benteng ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1861-1879 untuk menahan serangan musuh dari laut. Setelah Belanda bertekuk lutut dan menyerah kepada Jepang maka benteng ini diambil alih oleh Jepang sampai dengan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945.

Dinamakan Benteng Pendem karena bangunannya tidak tampak dari luar, seperti dipendam tanah. Ia disebut juga Kusbatterij Op de Land Tong Te Cilacap yang berarti tempat pertahanan pantai di atas tanah menjorok ke laut, menyerupai bentuk lidah. Setelah Indonesia merdeka, maka benteng ini berada di kekuasaan TNI namun kemudian tak terpelihara hingga kemudian benteng ini dipugar pada tahun 1986.

Benteng dikelilingi parit (dokpri)
Benteng dikelilingi parit (dokpri)
Untuk pintu masuk dan lubang meriam (dokpri)
Untuk pintu masuk dan lubang meriam (dokpri)
Benteng ini di bagian depannya di kelilingi oleh parit pertahanan dengan gerbang masuk utama berupa gerbang tarik yang dapat dinaik turunkan , mirip dengan struktur kastil di Inggris zaman abad pertengahan. Sayang gerbangnya sudah tidak ada, hanya menyisakan engsel saja.

Kami berdua jalan mengelilingi bangunan benteng. Bangunan yang terbuat dari bata merah dan sangat kokoh ini menyiratkan akan kualitas bangunan Belanda yang tanpa kompromi. Ada 14 ruang barak sebagai tempat prajurit beristirahat. Bangunan ini yang kondisinya paling bagus di antara lainnya. Aku mencoba masuk, langit-langitnya cukup tinggi dan bisa dimasuki. Ruangannya begitu gelap. Istri melarangku untuk masuk semakin dalam karena kuatir ada yang mengikuti hiihhh, tapi memang hawa-hawanya tidak enak sih. Di bangunan tersebut tertera tahun 1877. 

Serem juga kalau sepi (dokpri)
Serem juga kalau sepi (dokpri)
Gelap, tapi di dalamnya lumayan luas (dokpri)
Gelap, tapi di dalamnya lumayan luas (dokpri)
Ruang klinik dan lain-lain (dokpri)
Ruang klinik dan lain-lain (dokpri)
Ada terowongan, tapi kayaknya seram (dokpri)
Ada terowongan, tapi kayaknya seram (dokpri)
Masih banyak bangunan yang belum dilihat. Kami berdua berjalan melihat-lihat bangunan yang dulunya difungsikan menjadi ruang klinik, ruang penjara, ruang amunisi, dan ruang akomodasi. Eh ada terowongan dan sumur. Jangan-jangan terowongan ini yang disebut-sebut menghubungkan benteng pendem ini dengan benteng di Nusakambangan. Hiiiih kayaknya serem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun