Mohon tunggu...
opi novianto
opi novianto Mohon Tunggu... Lainnya - suka dunia militer

Suka otomotif dan dunia militer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lavender: Horor Internasional dengan Cita Rasa Lokal

18 April 2017   23:12 Diperbarui: 18 April 2017   23:29 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejenak, aku mengernyitkan dahi ketika diajak nonton premiere film horor ini. Ya Lavender agak aneh saja menjadi  judul film horor, tapi sekaligus bikin penasaran.

Film ini bercerita tentang karma, surpressed memory akibat trauma dan sosok-sosok misterius dari masa lalu nan gelap. Adegan awal yang disajikan mampu menggugah rasa ingin tahu penonton, dimana terlihat sesosok pria di sebuah barn (gudang berisi hewan ternak) di wilayah pedesaaan dan pertanian Amerika Serikat  yang dijemput oleh polisi dan diajak ke rumah saudaranya yang masih berlokasi di lingkungan yang sama.

Penonton kemudian diajak menelusuri ruangan demi ruangan dalam rumah dalam gaya freeze, dimana  tergeletak tiga jenazah, satu pria dewasa tertelungkup penuh genangan darah di dekat tangga, satu perempuan dewasa  terbaring miring dengan kepala berlumur darah dan satu anak kecil telentang di atas tempat tidurnya di lantai dua.

Kemudian kamera bergerak lagi Di dalam rumah, tepatnya di pojokan ruang keluarga terlihat sosok anak kecil perempuan dengan wajah penuh lumuran darah  memegang sebatang pisau cukur yang tajam, terduduk di lantai dengan sorot mata aneh menyeringai kepada polisi dan pria yang datang tersebut. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapakah tiga orang yang tewas tersebut? Siapakah pembunuhnya, apakah si anak kecil memegang pisau tersebut? Apakah mereka itu sebenarnya satu keluarga?  Siapakah pria yang dibawa oleh polisi itu ? Semua masih gelap, tapi yang jelas dikisahkan peristiwa misterius itu terjadi di suatu hari di tahun 1985.

Setelah itu film pun tiba-tiba berputar cepat ke masa 25 tahun kemudian. Sang tokoh utama, Jane sekarang sudah berkeluarga . Suaminya bernama Alan dan mereka  memiliki anak kecil berumur sekitar 10 tahun bernama Alice. Hobi Jane adala memotret rumah tua yang klasik dan eksentrik, tidak jarang juga bernuansa mistis. Satu hari, ia tidak sengaja memotret suatu rumah kosong yang entah bagaimana membuat dia merasa familiar. Dan Alice yang sempat turun dari mobil dan berjalan dekat rumah tersebut, tiba-tiba saja berkenalan dan memiliki “teman tak kasat mata” yang bisa diajak bicara.

Jane si tokoh utama suka memotret rumah kosong (sumber: imdb)
Jane si tokoh utama suka memotret rumah kosong (sumber: imdb)
Semenjak kunjungan ke rumah itulah, keanehan dan misteri bertubi-tubi menghantuinya, baik dalam mimpi dan kehidupan nyata yang nyaris membuatnya frustasi. Tiba-tiba saja bel sering berdenting dengan sendirinya, tapi tak pernah ada tamu di rumahnya. Hanya sebuah paket kecil yang berisi pernak-pernik kecil yang entah bagaimana ada kaitannya dengan masa lalu Jane. Jane pun jadi sering menggumamkan senandung lagu aneh misterius begitu saja dari mulutnya tanpa sadar dan bermimpi aneh.

Sampai akhirnya musibah itu datang. Ya... Jane mengalami kecelakaan mobil misterius, setelah berusaha menghindari sosok anak kecil perempuan mirip Alice yang tiba-tiba muncul di tengah jalan ketika ia sedang mengendarai mobil .Kecelakaan itu tersebut membuatnya gegar otak, namun siapa sangka hal tersebut menyebabkan ia  samar-samar mulai mengingat kembali masa lalunya yang misterius dari ingatannya yang lama terpendam. Samar-samar muncul berbagai kejadian aneh yang memaksanya kembali ke rumah dimana kejadian 25 tahun silam pernah terjadi untuk mencari tahu. Ada apa dengan rumah tersebut sehingga kenangannya terkubur.

Jane mendapat paket hadiah yang membingungkan dirinya (sumber: imdb)
Jane mendapat paket hadiah yang membingungkan dirinya (sumber: imdb)
Film ini memiliki potensi yang membuat penonton penasaran. Namun, yang patut disayangkan adalah ritme yang seharusnya menanjak, penuh ketegangan seiring terungkapnya kebenaran masa lalu, malah terkesan hambar dan datar. Tidak ada even mengagetkan yang membikin jantung berdegup, mata menyipit dan mulut menganga khas film thriller. Yang ada malah kesan horornya seperti stereotype horor lokal. Tidak terdapat jalan cerita yang rumit dan alur yang berat di sini, semua terungkap secara perlahan-lahan.

Akting pemeran Jane, Abbie Cornish biasa saja. Yang patut diacungi jempol adalah akting Sarah Abbot yang memerankan Suzie (adik tokoh utama yang tewas 25 tahun yang lalu) yang menurut saya sukses menampilkan kesan seram gelap dan terkesan jahat. Pun begitu, film ini tetap patut untuk ditonton karena ada pesan moral yang menarik. Penasaran tentang apa yang terjadi di Lavender?? Buruan gih datangi  CGV Cinema terdekat, karena film ini hanya tayang di jaringan CGV Cinema.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun