Mohon tunggu...
opi novianto
opi novianto Mohon Tunggu... Lainnya - suka dunia militer

Suka otomotif dan dunia militer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Penyengat Cikal Bakal Bahasa Indonesia

3 November 2015   22:02 Diperbarui: 3 November 2015   23:10 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum banyak diketahui oleh warga Indonesia, salah satu unsur Sumpah Pemuda berawal dari pulau kecil di Kepulauan Riau. Persisnya pulau Penyengat. Di pulau ini terdapat kajian bahasa Melayu yang menjadi unsur utama dari bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Pulau Penyengat menjadi destinasi pertama acara Kompasiana Blogtrip Pesona Indonesia  Pulau Bintan bekerja sama Kementerian Pariwisata.Kami naik perahu dari dermaga menuju pulau berukuran kecil ini. Tentang pulau ini sudah dipromosikan sejak di bandara, sebagai salah satu tempat wisata utama di Bintan.

[caption caption="Promo Pulau Penyengat di Bandara Raja Haji Fisabililah"][/caption]

Petugas dari Bintan Resort Cakrawala (BRC) yang ikut di rombongan kami yaitu Mbak LIana mengisahkan sejarah Kesultanan Riau dari Pulau Penyengat. Informasi yang paling menarik yang saya perdengarkan yakni pulau Penyengat adalah tempat kelahiran bahasa Indonesia.

Hal ini dikarenakan di pulau Penyengat terdapat pusat kajian bahasa Melayu. Bahasa Melayu inilah yang menjadi landasan bahasa Indonesia juga bahasa di Malaysia dan Singapura. Sultan yang paling turut andil dalam kemajuan sastra bahasa Melayu adalah Raja Haji Fisabililah yang namanya terpatri menjadi nama bandara di Bintan.

Sultan ini sangat perhatian terhadap karya sastra, terutama gurindam. Ia menciptakan Gurindam 12 yang termasyur dan masih banyak digunakan di pelajaran

untuk menuju ke Pulau Penyengat menggunakan perahu motor melalui pelabuhan penyeberangan rakyat, tiketnya pun cukup murah Rp 7.000 sekali jalan.

[caption caption="Dermaga kedatangan di Pulau Penyengat"]

[/caption]

begitu sampai di dermaga Penyengat, untuk berwisata keli,ling pulau kita bisa menggunakan jasa becak motor yang untuk sekali keliling meminta imbalan Rp 30.000.

[caption caption="wahana transportasi wisata unik"]

[/caption]

Destinasi wisata di sini komplit jadi pastikan luangkan waktu yang cukup untuk mengunjunginya. Dimulai dari kompleks makam Raja Ali Haji yang merupakan cucu (Raja Haji Fisabilillah) beserta keluarganya, dimana kompleks ini sudah menjadi cagar budaya/world heritage yang diakui. [caption caption="Disini diabadikan Raja beserta Maha Karyanya "Gurindam Dua Belas""]

[/caption]didalam kompleks makam inilah juga dipahat diatas marmer Gurindam Dua Belas yang terkenal itu. kalau kita amati, bahasa yang terpatri pada marmer tersebut, bahasanya sudah menyeruapi Bahasa Indonesia "modern yang kita kenal dan pakai sehari-hari, cuma agak sedikit masih berima dan berirama Melayu layaknya sebuah pantun/gurindam. Kiranya inilah sumbangsih terbesar Raja Ali Haji Fisabilillah yang menjadi "legacy" bagi bangsa Indonesia selain Kitab Pengetahuan Bahasa yang merupakan Kamus Bahasa pertama di Nusantara.

[caption caption="Bagian Gurindam Dua Belas"]

[/caption]

Selanjutnya rumah adat Melayu yang dibawahnya terdapat sumber amata air tawar dimana airnya higienis dan bisa langsung diminum sehingga membawa kemanfaatan yang besar baik bagi kapal dagang pada waktu lampau maupun warga pulau Penyengat masa kini karena sumur ini tidak pernah kering.

[caption caption="Rumah Adat Melayu"]

[/caption]

disini Kompasianer turut mencicipi kesegaran air ini sekaligus untuk melepaskan dahaga berhubung cuaca di Pulau ini cukup panas.[caption caption="Oase di pulau Penyengat"]

[/caption]

Selesai mengunjungi Rumah Adat, Kompasianer pun melanjutkan untuk mengunjungi MAsjid . Bangunannya masih terawat dengan baik dan seperti rumah adat serta makam, didominasi oleh warn akuning cerah. disini juga terdapat perpustakaan tempat pemandian jenazah yang digunakan leh warga setempat jika ada warga yang meninggal dunia.

[caption caption="Masjid "]

[/caption]

Oh ya..merefleksikan kuatnya budaya Islam disini, nama setiap jalan di Pulau ini ditulis dalam dua bahasa. Seperti di Yogyakarta yang membubuhkan nama jalan dengan huruf Latin Bahasa Indonesia dengan aksara Jawa, atau Bahasa Indonesia dengan aksara Jepang di Kendari, maka disini dibubuhkan huruf Latin Bahasa INdonesia dan aksara Arab .

[caption caption="Latar Belakang MAsjid Raya"]

[/caption]

Setelah mengunjungi masjid, berhubung waktu yang terbatas dan agenda yang padat Panitia dan Kompasianer pun sepakat untuk menyudahi trip di Pulau Penyengat dan melanjutkan untuk ke Vihara di kota Tanjung Pinang. Sebenarnya masih ada beberapa destinasi lagi di sini, jika ada waktu dan kesempatan biarlah teman-teman atau Kompasianer lain yang melengkapi catatan perjalanan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun