[caption caption="Mata Air dimana Banyak yang Mandi di sini"]
Setelah tiba di desa Toyomerto, kami meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki lewat pematang sawah. Asyik, panorama sawah yang kuning menghijau, Eh sayangnya ada polusi mata. Banyak warga, para pria dewasa, yang mandi tidak mengenakan busana di mata air yang airnya jernih.
Saya merasa risih. Mata seolah terpolusi (istilah istri saya) dan rasanya mendadak buta. Istri malah tenang-tenang saja dan pandangannya menekuri jalanan. Ada banyak yang mandi..waduh..saya mendadak mual. Istri tertawa-tawa, ia tahu saya tadi sempat membasuh wajah dengan air yang mengalir tersebut.
Akhirnya kami tiba di hutan pinus. Ada kolam pemancingan yang besar, ada juga anak-anak kecil yang mandi di kolam yang jernih. Akhirnya tiba juga di kompleks candi.
[caption caption="Taman di Kompleks Candi Sumberawan yang Terawat"]
Candi ini berbentuk seperti stupa di tingkat teratas di Borobudur. Tidak ada petilasan dan sepi relief. Kosong dan sederhana tapi suasana di sekelilingnya asri, damai dan tenang.
[caption caption="Bagian yang Dikeramatkan"]
Istri nampak bercakap-cakap dengan penjaga candi. Rupanya candi ini sejak jaman Singosari menjadi pusat meditasi. Hayam Wuruk pun juga sempat berkunjung ke candi yang terpencil ini dan masa itu dijuluki Kasurengganan atau taman bidadari. Sepi, damai, tenang, beragam perasaan tersebut berbaur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H