Persinggahan kami berikutnya adalah Benteng milik Belanda, Benteng Speelwijk. Sebelum tiba ke lokasi benteng kami sempatkan untuk berputar sejenak melewati muara sungai tempat bersandar/berlabuhnya perahu nelayan tradisional. Itulah Pelabuhan Karangantu, pelabuhan yang telah aktif digunakan sejak abad XVI. Sore itu banyak perahu nelayan yang sandar, siap untuk berlayar di malam harinya.
Kami juga melewati Cagar Budaya Kerkhof, yakni berupa makam orang Belanda yang meninggal di Indonesia pada masa penjajahan VOC. Nisan-nisannya terbuat dari batu yang masih nampak kokoh tak lekang waktu.
[caption id="attachment_390277" align="aligncenter" width="400" caption="Kanal untuk Lalu Lalang Kapal Masa Silam"]
Kami kemudian tiba di Benteng Speelwijk yang luas dan masih kokoh berdiri. Dibandingkan dengan benteng Kesultanan Banten, benteng ini jauh lebih terawat dengan semak-semak rapi yang kemudian dijadikan lapangan sepak bola. Di depan benteng adalah klenteng bernama Vihara Avalokitesvara dan sebuah kanal dengan Jembatan Rante yang dulu bisa dinaikkan jika ada kapal hendak lewat.
[caption id="attachment_390281" align="aligncenter" width="500" caption="Kompleks Benteng Speelwijk"]
Benteng yang dibangun pada 1684-1685 ini didirikan VOC dari reruntuhan benteng Kesultanan Banten. Sayang di kompleks benteng ini tidak terdapat papan petunjuk informasi yang menjelaskan riwayat benteng ini dari awal mula dibangun hingga ditelantarkan. Di sini yang masih terlihat adalah sisa pos penjagaan, tempat meriam, parit, anak tangga, makam Belanda, dan lorong-lorong gelap.
[caption id="attachment_390282" align="aligncenter" width="263" caption="Anak Tangga Benteng Speelwijk"]
Dalam perjalanan pulang kami melewati makam puteri Tiongkok Aduhai alangkah menyedihkannya melihat tak jauh dari situs sejarah ituterdapat gunungan sampah.
[caption id="attachment_390285" align="aligncenter" width="400" caption="Area Dalam Benteng Berubah Fungsi Jadi Lapangan Sepakbola"]
Pungli dan Kurang Pedulinya Pemda Terhadap Warisan Budaya
Karena sama-sama menyandang predikat kota tua, saya merasa perlu menyandingkan antara wisata kota tua di Banten dan yang ada di Jakarta.
Dari segi pemeliharaan dan kepedulian Pemda terhadap situs sejarah, maka wisata Banten Lama jelas menunjukkan kurang tanggapnya Pemda terhadap kelestarian nilai-nilai sejarah.